Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
Ia lantas mencontohkan Aceh, yang menjadi wilayah banjir dan karhutla pada saat yang bersamaan. Banjir terjadi di bagian selatan, sementara karhutla di bagian utara. "Riau, Jambi, Sumsel, tetap waspada.
Dalam dua bulan ini sudah terkendali, dipertahankan. Tetapi tentu saja tidak hanya kebakaran hutan yang harus kita waspadai, tapi banjir juga bisa terjadi di musim kemarau," jelas Aam.
Sebelumnya diberitakan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian wilayah Indonesia masih mendapat curah hujan hingga mengakibatkan banjir, saat daerah lain mengalami kekeringan. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan ini berpotensi menyebabkan tanaman gagal panen atau puso semakin luas.
Baca Juga: Menakar Prospek Harga CPO di Tengah Kekhawatiran Ancaman El Nino
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menuturkan, pertanian memang merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan.
Hal ini, kata dia, membuat ketahanan pangan akan terancam. "Dampak Perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Jika tidak, maka ketahanan pangan nasional akan terancam," ungkap Dwikorita dalam siaran pers, Rabu (2/8/2023).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BNPB Prediksi Masih Ada Potensi Banjir dan Karhutla pada Agustus-September",
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Bagus Santosa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News