Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia pada bulan September 2018 masih bisa mencatatkan surplus. Padahal di bulan lalu, kenaikan ekspor jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan impor.
Ekspor Indonesia pada September 2018 cuma naik 1,70% year-on-year (yoy). Sebaliknya impor naik hingga 14,18%. Meskipun demikian, neraca dagang Indonesia per September 2018 tetap surplus US$ 0,23 miliar. Nilai ekspor mencapai US$ 14,83 miliar, sedangkan impor US$ 14,60 miliar.
Kenaikan ekspor dipicu oleh sektor non-migas yang mencapai US$ 13,62 miliar, naik 3,78% yoy dari September 2017 yang senilai US$ 13,13 miliar.
Sedangkan ekspor migas turun 16,99% yoy dari US$ 1,45 miliar menjadi US$ 1,20 miliar. "Penurunan ekspor migas disebabkan penurunan ekpor hasil minyak, minyak mentah dan gas," jelas Yunita Rusanti, Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (15/10).
Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Sekuritas menyebut pelemahan rupiah membantu menekan impor pada September 2018. Pasalnya pelaku usaha beripikir dua kali untuk mengimpor barang dengan rupiah yang terus melemah.
"Kalau saya pelaku usaha dengan rupiah yang saat ini, saya akan kurangi impor. Saya butuh rupiah lebih banyak dan mahal. Kalau saya jual di dalam negeri apa laku?" ungkap Lana kepada Kontan.co.id, Senin (15/10).
Meski secara tahunan meningkat, nilai impor di bulan September 2018 secara bulanan memang turun 13,18%. Impor non-migas di bulan mencapai US$ 12,32 miliar, turun 10,52% secara bulanan, namun meningkat 13,54% secara yoy.
Pun impor migas turun 25,20% secara bulanan menjadi senilai US$ 2,28 miliar. Sedangkan secara tahunan, impor migas masih naik 17,75%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News