kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wabah Covid-19 makin meluas, bagaimana ketahanan fiskal negara?


Kamis, 19 Maret 2020 / 06:52 WIB
Wabah Covid-19 makin meluas, bagaimana ketahanan fiskal negara?
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani (ketiga kiri) bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kiri), Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kiri) dan Ketua OJK Wimboh Santoso (kanan) memberikan keterangan kepada media tentang Stimulus Kedua P


Reporter: Grace Olivia, Yusuf Imam Santoso | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 semakin tertekan. Penyebabnya wabah virus korona Covid-19 makin meluas, membuat semua asumsi makro meleset.

Pertama, asumsi pertumbuhan ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 hanya di kisaran 4,5%-4,9%. 

Proyeksi yang sudah di bawah asumsi APBN yakni sebesar 5,3% tahun ini di prediksi bakal lebih rendah lagi. Sebab, merebaknya virus korona di dalam negeri dan adanya pembatasan kegiatan masyarakat menyebabkan aktivitas perekonomian berkurang. "Mungkin kuartal dua tekanan akan cukup signifikan," tandas Sri Mulyani, Rabu (18/3).

Baca Juga: Sri Mulyani: Asumsi makroekonomi APBN 2020 akan alami perubahan signifikan

Kedua, realisasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terus merosot. Secara year to date (ytd) masih di level Rp 13.910 per dollar Amerika Serikat (AS). Namun posisi nilai tukar rupiah kemarin hampir menyentuh Rp 15.100 per dollar AS, jauh dari asumsi di APBN 2020 yakni Rp 14.400 per dollar AS. 

Ketiga, realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$ 60,99 per barel secara ytd dan perkembangan terakhir sudah US$ 56,61 per barel. Adapun asumsi APBN sebesar US$ 63 per barel. 

Belum lagi, kondisi penerimaan negara, khususnya penerimaan pajak yang juga tertekan akibat wabah Covid-19. Di sisi lain, pemerintah harus mengeluarkan dana untuk stimulus perekonomian baik untuk tanggap darurat menghadapi korona maupun insentif pajak bagi sebagian pelaku usaha meskipun saat ini semua perusahaan kesulitan.
Makanya, Menkeu memperkirakan, defisit anggaran tahun ini akan melebar ke level 2,5% terhadap produk domestik bruto (PDB), dari target 1,76% terhadap PDB.

Persiapkan APBNP

Menghadapi asumsi makro  dan kondisi di lapangan yang berubah total, pemerintah akan segera menemui DPR untuk membahas masa depan APBN 2020. Pemerintah ingin membahas perubahan-perubahan terkini yang terjadi di anggaran negara 2020. 

"Kami akan berkomunikasi dengan DPR beserta pimpinannya, juga dengan Badan Anggaran dan Komisi XI. Kami sudah bicara informal tapi belum secara langsung karena kan DPR sedang reses sekarang," kata dia.

Luthfi Ridho Ekonom Indo Premier sepakat jika pemerintah segera mengajukan Rancangan APBN Perubahan 2020. Sebab "Karena situasi perekonomian saat ini memaksa pemerintah melakukan hal tersebut," kata Luthfi  Rabu (18/3).

Baca Juga: Penerimaan pajak tertekan pelemahan harga minyak dan kurs rupiah

Misalnya harga minyak ia prediksi di kisaran US$ 40 per barel. Sebab, perundingan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia tak ada titik temu.
Sedangkan Peneliti Ekonomi Senior Institute Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi menilai,  usulan perubahan APBN diperlukan karena saat ini, asumsi makro sudah jauh bergeser dari target.

"Tanpa penyesuaian asumsi, potensi kehilangan penerimaan akibat relaksasi pajak bisa membuat defisit membengkak," kata Eric.

Biasanya pasar akan merespon dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi. Jika naik, pemerintah pula yang harus menanggung konsekuensinya: beban utang makin berat. "Ini urgent karena ada wabah Covid-19 dan harga minyak jatuh," tambahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×