kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Utang luar negeri BUMN turun pada bulan Mei, ini kata ekonom


Minggu, 18 Juli 2021 / 16:22 WIB
Utang luar negeri BUMN turun pada bulan Mei, ini kata ekonom
ILUSTRASI. Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). ANATAR FOTO/Aprillio Akbar/nz


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan utang luar negeri (ULN) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Mei-2021 mengalami penurunan 0,04% yaitu dari April sebesar US$ 208,792 miliar menjadi US$ 208,698 miliar pada Mei. 

Dalam ULN BUMN dikelompokkan menjadi 3, diantaranya bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), dan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan.

ULN bank mengalami kenaikan 2,5% yaitu dari April US$ 33,514 miliar menjadi US$ 34,382 miliar pada Mei. Ekonom Ryan Kiryanto menilai, kenaikan ULN perbankan ini bisa jadi disebabkan karena penarikan fasilitas credit line dalam valuta asing terutama dolar Amerika Serikat (AS) yang disebabkan beberapa korporasi debitur yang  membutuhkan fasilitas kredit valas.

Baca Juga: Tiap bulan beribu-ribu pekerja asing masuk Indonesia, ini kata Faisal Basri

“Akan tetapi, bisa juga kenaikan ULN perbankan ini disebabkan adanya penarikan dana pihak ketiga (DPK) oleh deposan korporasi, institusi maupun BUMN, dalam denominasi dolar AS untuk pemenuhan kewajibannya,” kata Ryan kepada kontan.co.id, Minggu (18/7).

Sementara itu, ULN LKBB mengalami penurunan sebesar  5,5% dari April US$ 9,269 miliar menjadi pada Mei US$ 8,751 miliar pada Mei dan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan juga mengalami penurunan sebesar 0,22% yaitu dari April sebesar US$ 165,946 miliar menjadi US$165,565 miliar pada Mei.

Ryan menilai, penurunan ULN LKBB dan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan dikarenakan keduanya memang tidak membutuhkan ULN di masa pandemi. Akan tetapi, yang tetap membutuhkan ULN adalah kelompok bank baik untuk memenuhi kebutuhan deposan maupun debitur, maupun untuk memenuhi Peraturan Bank Indonesia (PBI) atau regulasi Otoritas Jasa Keuangan (POJK) terkait kewajiban pemenuhan rasio posisi devisa neto (PDN) atau net open position (NOP) dalam valuta asing.

Lebih lanjut, kata Ryan, di korporasi LKBB dan perusahaan bukan lembaga keuangan juga tidak ada ketentuan seperti di perbankan terkait kewajiban pemenuhan rasio PDN ataupun NOP.

Baca Juga: Pekan ketiga Juli 2021, aliran modal asing masuk Rp 7,55 triliun ke pasar keuangan

Kedepannya, Ryan prediksi ULN BUMN masih akan stagnan. Sebab, belum ada kebutuhan dan ULN BUMN kebanyakan dalam denominasi rupiah. Di samping itu, kebutuhan ULN BUMN yang kebanyakan dari penerbitan surat utang yaitu obligasi pemerintah dalam dolar AS, yen dan euro.

“Namun seiring dengan membaiknya perekonomian di 2020 mendatang, kemungkinan ULN BUMN (sektor konstruksi, kesehatan/farmasi) akan meningkat secara terukur sesuai dengan kebutuhannya untuk mendukung ekspansi usaha. Yang penting pengelolaan ULN BUMN maupun korporasi swasta tetap prudent dan produktif. Hanya saja, tetap saja kebutuhan utang atau pinjaman dalam rupiah masih akan lebih dominan ketimbang utang atau pinjaman dalam dolar AS,” tandasnya. 

Selanjutnya: Hingga akhir tahun, anggaran PEN diprediksi cuma terserap 93,8%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×