kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Utang Indonesia ke China Terus Meningkat di Era Jokowi


Minggu, 28 Juli 2024 / 15:58 WIB
Utang Indonesia ke China Terus Meningkat di Era Jokowi
ILUSTRASI. Utang luar negeri (ULN) Indonesia ke China terpantau terus meningkat dalam 10 tahun terakhir.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) Indonesia ke China terpantau terus meningkat dalam 10 tahun terakhir.

Berdasarkan Data Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia (BI) edisi Juli 2024, tahun pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat, ULN dari China terpantau langsung meningkat, yakni mencapai US$ 7,86 miliar, atau naik 27,8% dari ULN ke China sebesar US$ 6,15 miliar pada 2013, tahun terakhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat.

Sementara itu, sejak 2013, ULN Indonesia ke China tercatat makin menanjak atau naik 271,71% dibandingkan posisi ULN terakhir mencapai US$ 22,86 miliar atau sekitar Rp 372,7 triliun.

Adapun porsi ULN Indonesia dari China berada di posisi keempat. Paling banyak berasal dari Singapura, kemudian disusul Amerika Serikat (AS), Jepang, China, dan Hong Kong.

ULN Indonesia dari Singapura tercatat sebesar US$ 54,85 miliar per Mei 2024, naik 9,15% dibandingkan 2013. Sementara itu, ULN Indonesia dari AS tercatat sebesar US$ 27,6 miliar pada Mei 2024, naik 173,27% dari 2013.

Kemudian, ULN dari Jepang mencapai US$ 21,8 miliar pada akhir Mei 2024, namun turun 33,54% dibandingkan tahun 2013. Serta,  ULN Indonesia dari Hong Kong mencapai US$ 19,38 miliar pada Mei 2024, naik drastis sebesar 302,1% dibandingkan 2013.

Baca Juga: Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia Terkerek Kebijakan Moneter

Khusus untuk utang luar negeri (ULN) pemerintah hingga Mei 2024 mencapai US$ 191,0 miliar, naik 67,12% dari 2013. 

Berdasarkan krediturnya, ULN pemerintah ke China mencapai US$ 1,34 miliar pada Mei 2024, naik 31,2% dari ULN pemerintah ke China sebesar US$ 921 juta pada 2013.

Untuk diketahui, ULN pemerintah ke China berada di urutan lima besar dari total ULN pemerintah ke berbagai negara. Posisi pertama yaitu ULN pemerintah ke Jepang  mencapai US$ 7,66 miliar pada Mei 2024 atau turun 63,44%  dari 2023 yang sebesar US$ 20,95 miliar.

Di posisi kedua, ULN pemerintah ke Prancis mencapai US$ 4,37 miliar atau naik 69,38% dari 2013 sebesar US$ 2,58 miliar. Di Posisi ketiga yakni ULN pemerintah ke Jerman mencapai US$ 3,87 pada Mei 2024, atau naik 95,4% dari 2013 sebesar US$ 1,98 miliar.

Keempat, yakni ULN pemerintah ke Amerika lainnya mencapai US$ 1,44 miliar pada Mei 2024, atau naik 460,3% dari 2013 yang mencapai US$ 257 juta.

Secara keseluruhan ULN Indonesia pada Mei 2024 mencapai US$ 407,3 miliar, naik 53,06% dari 2013 yang sebesar US$ 266,1 miliar.

Sebagai informasi, terdapat beberapa proyek di Indonesia yang dibiayai utang dari China. Diantaranya, pembangunan tol Medan-Kualanamu dibiayai utang luar negeri dari CEXIM-China sebesar US$ 122,43 juta.

Kemudian, pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang telah mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun sebesar US$ 1,2 miliar atau Rp 18,6 triliun, dari sebelumnya sebesar US$ 5,5 miliar.

Pembengkakan biaya tersebut pun ditanggung oleh pihak Indonesia dan China di mana sebesar 60% ditanggung oleh konsorsium Indonesia dan 40% ditanggung oleh konsorsium China.

Bahkan, kabar terakhir, pemerintah juga akan membuat proyek kereta cepat dari Jakarta-Surabaya, yang juga akan bersumber utang dari China.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi menyampaikan, proyek perpanjangan rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya tengah dibahas dengan China.

Namun, ia belum menentukan akan menggandeng pihak China atau Jepang dalam proyek kereta cepat kali ini. Saat ini, proyek tersebut masih dalam proses studi pra-kelayakan (pre-feasibility study).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×