Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BNI Asset Management menggelar Seminar Virtual Market Outlook 2022 bertajuk “Indonesia Towards 2022 Economic Recovery: Stability or Growth?". Dalam kesempatan itu, pemerintah menyampaikan langkah-langkah untuk mendorong ekonomi Indonesia keluar dari pandemi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa strategi pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan menjaga fleksibilitas APBN dan melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di tahun 2022 untuk mengantisipasi perluasan dampak pandemi.
Karena itu, Airlangga mengatakan pentingnya insentif fiskal menuju percepatan pemulihan perekonomian Indonesia.
Baca Juga: Kemenkeu berencana buka peluang insentif pajak lagi bagi UMKM
"Pemerintah akan menjaga konsistensi kebijakan fiskal di masa pandemi, yang mana krisis ini akan menjadi momentum untuk melanjutkan reformasi struktural dengan 5 strategi prioritas, reformasi fiskal, dan reformasi sektor keuangan," ujar Airlangga seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (9/12).
Airlangga berharap perekonomian nasional lebih maju dan sejahtera sesuai visi Indonesia 2045.
Pada acara yang sama, Executive Director JP Morgan Singapore Sin Beng Ong yang memberikan tanggapan serta proyeksi terkait outlook market dan ekonomi makro di tahun 2022 mendatang.
Ia menyampaikan pandangan terkait kondisi di Indonesia, dimana respons positif diberikan oleh analis asing kepada kolaborasi dari Pemerintah, Bank Indonesia, dan OJK terkait kebijakan ekonomi yang disingkronisasi sehingga meminimalisir dampak ekonomi atas pandemi yang terjadi. Penanganan dampak di Indonesia dianggap lebih baik dibandingkan di negara berkembang lain seperti Brasil.
Baca Juga: Sri Mulyani mengungkapkan tantangan yang masih dihadapi oleh negara-negara di dunia
Chief Economist BNI Sekuritas, Damhuri Nasution menambahkan bahwa Ekonomi dunia masih dalam fase ekspansi, tumbuh pesat di 2021 dan akan melambat di 2022, meskipun adanya ancaman inflasi global karena krisis energi dan gangguan suply chain, serta kebijakan moneter yang longgar dan fiskal yang ekspansif.
Indonesia juga bisa terhindar dari kenaikan inflasi seperti AS dan Eropa karena pertumbuhan supply dan demand masih cenderung seimbang vs imbalance di AS dan Eropa, stimulus relatif kecil, serta pasokan energi masih mencukupi.
Sementara itu dari BNI Group sendiri menilai bahwa tahun 2022 merupakan tahun penuh peluang bagi dunia ekonomi. Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini memaparkan bahwa BNI Group sendiri terus dituntut tumbuh di tengah pandemi.
Pendirian BNI Sekuritas Singapura dan peluncuran Program Xpora untuk mendukung UMKM go global, adalah sebagai bentuk nyata BNI Group siap menjawab tantangan bisnis di 2022.
Khusus untuk sektor investasi, Presdir BNI Asset Management, Putut Endro Andanawarih menekankan dalam materinya bahwa pada 2022 kenaikan suku bunga tidak bisa dihindari, justru akan terjadi lebih cepat.
Baca Juga: Sri Mulyani sayangkan distribusi vaksin yang masih belum merata
Oleh karenanya Investor dapat melakukan diversifikasi portfolionya kepada Instrument saham, pasar uang, dan pada obligasi jangka-menengah pendek. BNI Asset Management juga tetap menerapkan strategi untuk bertahan dalam kondisi sekarang dengan senantiasa tetap bertindak pruden, menjaga etik, dan terus melakukan sinergi dengan BNI Group dalam mengelola dana nasabah.
Direktur Bisnis BNI Asset Management, Donny Susatio Adjie menyampaikan bahwa Market Outlook ini diselenggarakan dengan tujuan utama untuk melihat proyeksi perekonomian global dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 dari sisi makro ekonomi dan tentunya dapat menjadi suatu rekomendasi investasi yang komprehensif bagi para nasabah.
Dengan adanya view positif yang telah disampaikan oleh para narasumber, kita berharap bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik di tahun 2022 dan tentunya akan berdampak positif bagi industri pasar modal dan iklim investasi di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News