Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat Utang luar negeri (ULN) Indonesia sampai dengan akhir kuartal IV-2019 sebesar US$ 404,3 miliar. Dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) senilai Rp 14.000 per dolar AS, maka utang luar negeri kita sebesar Rp 5.660 triliun
Pencapaian utang luar negeri tersebut tumbuh 7,7% year on year (yoy) dibandingkan dengan realisasi kuartal IV-2018 senilai US$ 376,8 miliar.
Baca Juga: Makin melek investasi, generasi milenial paling banyak memburu SBR009
Lebih rinci BI dalam laporannya, Senin (17/2) menyebutkan utang sektor publik oleh pemerintah dan bank sentral menjadi kontributor terbesar dengan capaian senilai Rp 202,9 miliar setara Rp 2.840 triliun.
Adapun pertumbuhan utang luar negeri pemerintah ditopang oleh arus masuk investasi nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penerbitan dual currency global bonds dalam mata uang USD dan Euro.
Dalam mekanismenya, utang luar negeri pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (19,1% dari total ULN pemerintah), sektor konstruksi (16,6%), sektor jasa pendidikan (16,2%), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,4%), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (13,3%).
Sementara itu, utang sektor swasta termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menorehkan utang sebesar US$ 201,4 miliar atau sama dengan Rp 2.819 miliar. Namun demikian, pertumbuhan utang luar negeri Indonesia turun bila disandingkan dengan pencapaian kuartal III-2019 yang tumbuh 10,4% secara tahunan.
Baca Juga: Pemerintah akan beri diskon untuk gairahkan pariwisata yang lesu akibat wabah corona
Secara sektoral, utang luar negeri swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan & penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9%.
Di sisi lain, BI menilai struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
“Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan IV 2019 sebesar 36,1%, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya,” sebagaimana keterangan resmi BI, Senin (17/2).
Baca Juga: Andalan Sakti Primaindo (ASPI) bidik pendapatan di 2020 capai Rp 13 miliar
Selain itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi oleh utang luar negeri berjangka panjang dengan pangsa 88,3% dari total utang luar negeri.
“Peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” terang BI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News