Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Dirjen DJPPR Luky Alfirman menjelaskan, penurunan suku bunga acuan BI selama tiga bulan berturut-turut menjadi basis penentuan tingkat kupon SBN Ritel oleh pemerintah. Sejalan dengan tren penurunan cost of fund akibat mengecilnya suku bunga acuan, instrumen SBN Ritel pemerintah pun harus ikut menyesuaikan.
Hingga penerbitan SBR008 pada September lalu, pemerintah sudah meraup dana sebesar Rp 40,2 triliun dari investor ritel di dalam negeri. Sampai akhir 2019, Luky menyebut target hasil penerbitan sebesar Rp 60 triliun.
Baca Juga: Pemerintah tetapkan kupon ORI016 sebesar 6,80%
Artinya, pemerintah memproyeksi hasil penerbitan SBN Ritel hanya akan berada di batas bawah target awal hasil penerbitan yang sebelumnya dipatok pada kisaran Rp 60 triliun sampai dengan Rp 80 triliun.
“Kita sudah buat modelnya, dengan kondisi seperti ini. Sudah survey juga dengan mitra distribusi sehingga bisa menentukan angka 6,8% untuk ORI016,” terang Luky saat ditanya apakah kupon tersebut masih akan menarik minat investor.
Loto menambahkan, penurunan kupon SBN Ritel tak serta merta berarti instrumen ini makin tidak menarik. Pasalnya, di tengah perlambatan ekonomi global dan tren suku bunga global yang juga menurun, instrumen investasi yang ditawarkan pemerintah saat ini tergolong menarik.
“Di negara lain, suku bunga bukan hanya turun tapi ada juga yang sudah negatif seperti di Eropa. Di sana, menabung uang malah tekor. Jadi, investor individu di Indonesia harusnya manfaatkan kesempatan,” tandas Loto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News