Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KOMPAS.COM-JAKARTA. Belanja masyarakat menunjukkan tren meningkat hingga akhir 2013. Tren positif ini diproyeksi berlanjut pada 2024.
Berdasarkan, data Mandiri Institute, indeks nilai belanja masyarakat per 26 Desember 2023 sebesar 206,2 atau naik dari 181,5 per 26 November 2023. Indeks ini juga dibarengi indeks frekuensi belanja masyarakat yang naik hingga 534,9 pada akhir 2023.
Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono bilang, kenaikan nilai belanja masyarakat menunjukkan adanya peningkatan permintaan, terutama di bahan kebutuhan pokok. Hanya, dia juga melihat kenaikan belanja masyarakat tak lepas dari kenaikan harga.
Baca Juga: Ini Kata Pengamat Pajak Soal Aturan Penghapusan Piutang Kepabeanan dan Cukai
"Kenaikan belanja di kuartal IV-2023 banyak didominasi belanja di supermarket, yang kemungkinan kebutuhan pokok. Kelihatannya efek harga mendorong naik nilai belanja," tutur Yudo, Jumat (5/1).
Kabar baiknya, belanja kelompok menengah dan atas juga melejit dengan proporsi tabungan yang stabil pada kelompok ini sehingga menjadi sentimen positif bagi konsumsi rumah tangga. "Sementara kelompok bawah sudah mulai melambat belanjanya, efek mulai terbatasnya tabungan," tambah Yudo.
Dibandingkan data Bank Indonesia, proporsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi pada November tahun lalu turun tipis menjadi 75,3% dari bulan sebelumnya sebesar 75,6%. Namun proporsi pendapatan yang digunakan untuk menabung juga turun tipis dari 15,7% menjadi 15,4%.
Baca Juga: Realisasi Anggaran Ketahanan Pangan Sepanjang 2023 Capai Rp 112,7 Triliun
Harga pangan
Namun, Yudo yakin tren positif belanja masyarakat akan berlanjut ke tahun ini, yang didorong pemilu. Sesuai pola musiman, pemilu akan mendorong konsumsi rumah tangga. Terlebih, pemerintah berencana menyalurkan bantuan sosial (bansos) pada tahun ini yang akan menjaga daya beli masyarakat bawah.
Hanya, Yudo mengingatkan tetap ada risiko yang membayangi prospek pertumbuhan belanja. Terkait dengan pelemahan pasar global yang memiliki transmisi ke pendapatan konsumen di Indonesia.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, peningkatan belanja pada akhir tahun lalu didorong pola musiman, yaitu adanya perayaan Natal dan Tahun Baru. Terkendalinya juga inflasi turut menjaga daya beli masyarakat. Pun dengan perjalanan wisata pada akhir tahun yang turut mendorong naiknya permintaan terhadap hal yang berhubungan dengan perjalanan dan konsumsi.
Baca Juga: Tahun 2023, Kemenkeu Salurkan Anggaran Perlindungan Sosial Rp 443,3 Triliun
Josua yakin, tren belanja masyarakat yang positif akan berlanjut pada tahun ini, seiring adanya pemilu. Ditambah, ada momen Ramadan dan Idulfitri yang akan mendorong permintaan masyarakat pada kuartal I-2024 dan kuartal II-2024.
Namun Josua mengingatkan ada hal yang perlu diwaspadai, yaitu terkait pergerakan harga pangan sebagai dampak fenomena El Nino. Tak hanya itu, hujan yang telah turun di sejumlah daerah, membuka peluang terjadinya fenomena La Nia yang juga akan mengganggu pasokan pangan.
Alhasil, kata Josua, diperlukan langkah cepat pemerintah untuk menjaga inflasi. "Menjaga inflasi sangat perlu dilakukan dengan menjaga pasokan. Jangan sampai saat permintaan masyarakat sudah meningkat, tetapi stok menipis sehingga akan ada lonjakan inflasi," kata dia, kemarin.
Josua membuka opsi impor bagi pemerintah untuk menjaga pasokan. Hanya, ia mengingatkan impor perlu dilakukan hati-hati dan terukur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News