Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren konsumsi masyarakat masih akan meningkat pada semester II-2023. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, peningkatan konsumsi masyarakat akan didorong oleh momen jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Momentum pemilu cenderung meningkatnya konsumsi masyarakat, belum lagi ada momen Natal dan Tahun Baru yang sesuai pola musiman meningkatkan konsumsi masyarakat," tutur Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (6/8).
Meski demikian, pada awal semester II-2023, Josua mengingatkan konsumsi masyarakat berpotensi tertahan.
Baca Juga: Aktivitas Belanja Masyarakat Meningkat pada Juli 2023
Pasalnya, pada sekitar Juli dan Agustus, di Indonesia ada tahun ajaran baru. Sehingga, belanja masyarakat akan dialokasikan pada belanja pendidikan.
"Juli dan Agustus kan biasanya ada pembayaran uang sekolah. Ini siklus, sehingga banyak masyarakat yang mengurangi belanja terutama barang tahan lama untuk pendidikan," jelasnya.
Meski dengan tren belanja masyarakat tersebut, Josua bilang masih susah bagi pertumbuhan konsumsi rumah tangga di sepanjang tahun ini untuk tumbuh di atas 5% YoY.
Mengingat, capaian pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2023 sebesar 4,54% YoY dan perkiraan pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartdi al II-2023 darinya sebesar 4,77% YoY.
Sehingga, butuh pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kisaran 5% YoY hingga 5,5% YoY, agar pertumbuhan konsumsi rumah tangga di sepanjang tahun ini di atas 5% YoY.
Sedangkan pertumbuhan konsumsi pada paruh kedua tahun ini, akan berat untuk mencapai tingkat tersebut.
Baca Juga: Ekonom Ini Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2023 Melambat, Simak Alasannya
Namun, Josua bilang tetap ada yang bisa dilakukan pemerintah agar belanja masyarakat tetap moncer, tidak hanya didukung oleh momentum Pemilu.
Ini dengan memperkuat daya beli masyarakat kelas bawah. Salah satunya, dengan percepatan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Josua memberi catatan, belanja APBD ini masih lelet. Sehingga, manfaatnya tak terlalu cepat dirasakan oleh masyarakat.
Belum lagi, pada tahun depan akan ada pemilihan kepala daerah, yang mungkin bisa saja memecah fokus pejabat daerah yang ingin mencalonkan diri kembali.
Selain itu, pemerintah juga tetap perlu menjaga tingkat inflasi dalam kisaran sasaran. Terutama, dari tingkat inflasi pangan.
Adanya proyek pemerintah yang menyerap tenaga kerja juga diperlukan oleh masyarakat. Ini akan menambah daya beli masyarakat kelas bawah sehingga konsumsi akan bergulir.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Melambat pada Kuartal II/2023
Beda cerita dengan masyarakat kelas menengah dan atas. Josua melihat, konsumsi masyarakat kelas tersebut cukup stabil.
Bukan hanya terkait konsumsi bahan pokok. Bahkan masyarakat kelas menengah atas sudah rutin berbelanja non bahan pokok.
"Seperti contohnya tiket konser. Sekarang banyak sekali konser digelar dan masyarakat kelas tersebut membeli tiket," ujarnya.
Namun, ia memberi catatan terkait masyarakat super tajir. Menurutnya, masyarakat super tajir akan menahan belanja di semester II-2023.
Ini berkaitan dengan ketidakpastian yang biasanya muncul jelang Pemilu. Untuk itu, stabilnya politik dan kondisi perekonomian juga perlu diperhatikan untuk mendorong konsumsi kelompok tersebut.
Baca Juga: Ini Upaya Kemenkeu untuk Mendorong Realisasi Belanja Negara
Lebih lanjut, dengan kondisi ini, Josua yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2023 akan berada di kisaran 4,9% YoY hingga 5% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News