Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed mengakhiri siklus kenaikan suku bunga. Sepanjang 2019 ini The Fed menahan suku bunga di level 2,25% hingga 2,5%.
Melihat keputusan The Fed, Menteri Keuangan Sri Mulyani mensinyalir ini sebagai tanda pelemahan ekonomi global termasuk di AS. "Lingkungan globalnya mungkin menjadi lemah," jelas dia.
Melihat kondisi global yang mengalami tanda pelemahan, pihaknya akan fokus memperkuat ketahanan dalam negeri. Perlu peningkatan konsumsi dan investasi, serta meningkatkan belanja pemerintah.
"Dan tetap melakukan diversifikasi ekspor sehingga target pertumbuhan bisa diupayakan tercapai," jelas Sri Mulyani.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi di level 5,3%. Sedangkan tahun lalu pertumbuhan ekonomi berada di level 5,17%.
Kendati demikian, keputusan The Fed menahan suku bunga memberikan kelonggaran bagi moneter di Indonesia. Tahun ini, sisi moneter tidak akan mengalami tekanan seperti tahun lalu.
Tercatat sepanjang 2018 The Fed menaikkan suku bunga sebanyak empat kali, yang kemudian direspons Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan suku bunga hingga enam kali di level 6%.
Sekadar info, The Fed melakukan pengetatan moneter sejak akhir 2015. Setelah menahan suku bunga acuan 0% hingga 0,25% sejak krisis keuangan 2008-2009.
The Fed merasa tidak perlu menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi yang masih di bawah target pada level 2%. Dalam pernyataannya, The Fed menahan suku bunga untuk mendorong ekonomi AS masih berlanjut dan membuat pasar tenaga kerja sehat.
Di sisi lain mereka melihat terjadi perlambatan belanja rumah tangga dan investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News