kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekan defisit neraca dagang, Industri orientasi ekspor jadi prioritas


Selasa, 21 Januari 2020 / 18:41 WIB
Tekan defisit neraca dagang, Industri orientasi ekspor jadi prioritas
ILUSTRASI. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bakal memprioritaskan pengembangan sektor industri yang berorientasi ekspor untuk membenahi masalah struktural ekonomi yakni defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.

“Kita ketahui, kontribusi sektor industri manufaktur hingga saat ini masih mendominasi terhadap capaian nilai ekspor nasional. Jadi, ini merupakan salah satu poin bagi pemerintah untuk memberikan perhatian khusus pada pengembangan sektor industri manufaktur,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Jumat (17/1). 

Baca Juga: Pertamina janji optimalkan keterlibatan perusahaan domestik dalam pembangunan kilang

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari-Desember 2019, ekspor produk industri pengolahan mampu menembus hingga US$ 126,57 miliar atau menyumbang sebesar 75,5% terhadap total ekspor Indonesia yang sebesar US$  167,53 miliar sepanjang 2019. 

Adapun lima sektor yang memberikan sumbangsih paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri pengolahan sepanjang tahun 2019, yaitu industri makanan yang menyetor hingga US$ 27,16 miliar  atau berkontribusi sebesar 21,46%. Selanjutnya diikuti oleh industri logam dasar US$ 17,37 miliar atau 13,72%. 

Berikutnya, nilai pengapalan industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia tercatat US$  12,65 miliar atau berkontribusi 10%, industri pakaian jadi menembus US$ 8,3 miliar atau 6,56 %, serta industri kertas dan barang dari kertas yang menyetor US$ 7,27 miliar atau 5,74%.

Baca Juga: Menperin: Industri TPT jadi sektor strategis dan prioritas pemerintah

Agus menyatakan Indonesia sudah punya peta jalan Making Indonesia 4.0 yang menjadi strategi kesiapan memasuki era industri 4.0. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian sudah memetakan 15 sektor yang akan mendapat prioritas pengembangan untuk digenjot kinerja ekspornya.

Ke-15 sektor potensial tersebut, yakni industri pengolahan minyak kelapa sawit dan turunannya, industri makanan, industri kertas dan barang dari kertas, industri crumb rubber, ban, dan sarung tangan karet, industri kayu dan barang dari kayu, serta industri tekstil dan produk tekstil.

Selanjutnya, industri alas kaki, industri kosmetik, sabun, dan bahan pembersih, industri kendaraan bermotor roda empat, industri kabel listrik, industri pipa dan sambungan pipa dari besi, industri alat mesin pertanian, industri elektronika konsumsi, industri perhiasan, serta industri kerajinan.

Tentu menggenjot industri pengolahan tidak semudah membalikkan telapak tangan, Agus mengakui ada beberapa tantangan yang akan dihadapi untuk meningkatkan daya saing.

Baca Juga: Kemenperin: LG Chemical diharapkan memperkuat industri sepeda motor listrik

Beberapa di antaranya adalah menjaga ketersediaan bahan baku dan komponen, pendalaman struktur industri, pengoptimalan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), dan terus mendorong pembangunan kawasan industri termasuk sentra IKM. 

Agus menambahkan, kemenperin juga fokus untuk menarik investasi bagi sektor industri yang menghasilkan produk substitusi impor dan tetap menjalankan kebijakan hilirisasi industri.

Dalam mengatasi defisit neraca perdagangan sektor industri, juga dapat melalui substitusi impor dan hilirisasi. Tentu pemerintah juga telah menyiapkan langkah strategis lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×