Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memperkirakan, target pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (RAPBN-P) 2017 sebesar 5,2%, sulit dicapai.
Menurutnya, realisasi penerimaan perpajakan berpotensi mengalami selisih dengan target (shortfall) yang lebih besar dari yang diperkirakan pemerintah sebesar Rp 50 triliun.
Dia memperkirakan, shortfall penerimaan perpajakan tahun ini bisa mencapai Rp 100 triliun sehingga pemerintah berpotensi melakukan pemangkasan anggaran yang lebih besar lagi.
"Dan kalau (pemangkasan belanja) lebih tinggi, tidak boleh meeting dan rapat di luar Jakarta, kasihan perekonomian kita bisa turun. Daerah akan terkena imbas dari hotel-hotel. Terasa betul di daerah," kata Lana kepada KONTAN, Kamis (6/7).
Lebih lanjut menurutnya, pemerintah juga kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun ini. Hal tersebut tercermin dari anggaran pemerintah yang menumpuk di Bank Indonesia (BI).
Ditambah lagi, penjualan ritel justru mengalami penurunan. "Kita tidak tahu apakah penurunan itu dikompensasi belanja online?," tambah Lana.
Lana bilang, pertumbuhan ekonomi 5,2% bisa dicapai asalkan ekspor tumbuh tinggi. Meski demikian, ekspor juga tidak bisa mengandalkan harga komoditas saja lantaran hal itu sangat tergantung pada kondisi eksternal.
Ia melihat pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini hanya bisa mencapai 5,1%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News