Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah menargetkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 dikisaran 2,4% hingga 2,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Target tersebut meningkat dari perencanaan defisit APBN 2024 yang sebesar 2,29% dari PDB. Naiknya defisit tahun depan tersebut sejalan dengan kebutuhan anggaran jumbo di pemerintahan selanjutnya.
Baca Juga: Program Prabowo-Gibran Butuh Anggaran Jumbo, dari Mana Duitnya?
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, untuk memenuhi program baru dari kepemimpinan presiden selanjutnya, sebaiknya dipenuhi dengan melakukan realokasi anggaran yang bukan prioritas.
Menurutnya, kebijakan tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan melakukan pelebaran defisit APBN.
“Kalau menurut saya sebenarnya harus lebih fokus merealokasi anggaran daripada menambah defisit. Penghematan belanja birokrasi, perjalanan dinas, bisa jadi opsi,” tutur Eko kepada Kontan, Senin (26/2).
Di samping itu, Eko juga menilai, jika pemerintah lebih memilih menambah utang baru, maka akan semakin membebani APBN karena tingkat bunga yang cenderung sedang tinggi. Selain itu, kondisi perekonomian juga sedang dalam keadaan lesu.
Baca Juga: Defisit APBN 2024 Berpeluang Melebar Menjadi 2,8% dari PDB, Ini Sebabnya
Ia juga menilai, rencana pelebaran defisit seharusnya tidak dijadikan alasan untuk memenuhi program populis yang sifatnya sosial.
“Tapi harus pada upaya yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, seperti infrastruktur logistik dan kawasan industri,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News