CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.691   77,00   0,49%
  • IDX 7.312   67,81   0,94%
  • KOMPAS100 1.125   7,85   0,70%
  • LQ45 889   1,80   0,20%
  • ISSI 222   2,47   1,12%
  • IDX30 457   0,46   0,10%
  • IDXHIDIV20 553   -0,94   -0,17%
  • IDX80 129   0,53   0,41%
  • IDXV30 138   -0,62   -0,45%
  • IDXQ30 153   -0,01   -0,01%

Tak jor-joran mencari utang


Selasa, 10 Juni 2014 / 09:59 WIB
Tak jor-joran mencari utang
ILUSTRASI. Promo Dunkin Spesial Weekend edisi 12-15 Januari 2023 tawarkan berbagai menu donut dengan harga lebih hemat khusus via ojek online (DOk/Dunkin.id)


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Utang pemerintah untuk membiayai anggaran kian mengkhawatirkan. Namun, pasangan Jokowi-JK berjanji lebih selektif dalam mencari utang agar rasio utang terhadap produk domestik bruto bisa berkurang.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Indonesia gencar mencari utangan, baik melalui surat utang dalam negeri ataupun pinjaman luar negeri. Utang ini untuk membiayai anggaran negara yang defisit. Calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) dan calon wakil presiden (cawapres) Jusuf Kalla (JK) tak ingin kebijakan utang terus dilakukan jika memimpin pemerintahan 2014-2019.

Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, jumlah utang pemerintah pusat terus meningkat sejak era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hingga April 2014, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 2.440 triliun, naik 53,36% dibandingkan di 2009.

Memang, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) semakin menyusut dari tahun ke tahun. Namun, hal itu merupakan dampak positif perkembangan PDB. Dan yang perlu dicermati lebih lanjut adalah, saat utang menumpuk, beban keuangan negara untuk membayar bunga dan pokok pinjaman semakin berat.

Tahun ini, beban pembayaran utang untuk membayar utang jatuh tempo, buyback surat berharga negara (SBN), serta membayar cicilan pokok pinjaman mencapai Rp 213,22 triliun, naik 77,46% dibandingkan akhir tahun 2009 Rp 120,15 triliun. Dengan keterbatasan keuangan negara, semakin besar belanja utang, akan mengurangi alokasi anggaran pembangunan atau subsidi masyarakat miskin. "Utang harus dikurangi perlahan, agar menciptakan keseimbangan primer di APBN," jelas Ketua Tim Ekonomi pasangan Jokowi-JK, Arif Budimanta, Minggu (8/6).

Pasangan ini juga akan mengalihkan utang baru hanya untuk pembiayaan produktif, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan utang yang berbasis program bakal dihentikan.

Sebagai ganti sumber pendanaan APBN, mereka menjanjikan peningkatan penerimaan pajak. dengan optimalisasi penerimaan pajak, serta pencegahan pengemplangan pajak.

Anggota Tim Ekonomi pasangan Jokowi-JK, Hendrawan Supratikno menambahkan, utang luar negeri dalam lima tahun dapat lebih terkendali, terkelola serta dikurangi bertahap. Untuk mewujudkan hal itu, Jokowi-JK akan melakukan enam langkah.

Pertama, utang-utang dengan beban berat akan dikonversi mata uang agar lebih ringan. Kedua, pengetatan kriteria program yang didanai utang. Ketiga, renegosiasi beban utang yang memberatkan yang disertai commitment fee. Keempat, konversi utang menjadi investasi jangka panjang. Kelima, pencanangan program Debt without Corruption. Terakhir, memobilisasi sumber keuangan domestik sebagai sumber utama pendanaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×