Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) merencanakan surplus operasional sebesar Rp 19,1 triliun di tahun 2019. Angka ini meningkat sebesar 9,97% dari Anggaran Tahunan Bank Indonesia tahun (ATBI) tahun ini yang sebesar Rp 17,45 triliun.
Surplus operasional ini dikarenakan adanya kenaikan penerimaan operasional sebesar 7,92% menjadi Rp 29,1 triliun dari ATBI tahun ini.
Penerimaan ini berasal dari hasil pengolahan aset valas sebesar Rp 28,9 triliun yang naik sebesar 8,14% dari ATBI 2018. Lalu pendapatan operasional kegiatan pendukung turun 13,29% dari tahun ini menjadi sebesar Rp 36 miliar di 2019, dan penerimaan administrasi sebesar Rp 87 miliar yang turun 31,69% dibandingkan tahun ini.
Sementara, pengeluaran pun meningkat sebesar 4,16% dibandingkan tahun ini.Tahun depan, pengeluaran operasional direncanakan sebesar Rp 9,9 triliun sementara, pengeluaran operasional dalam ATBI 2018 sebesar Rp 9,5 triliun.
Pengeluaran ini mulai dari gaji dan penghasilan lain yang direncanakan naik sebesar 0,73% menjadi Rp 3,5 triliun. Manajemen sumber daya manusia naik 9,84% menjadi Rp 2,3 triliun.
Lalu logistik naik sebesar 10,76% menjadi Rp 1,17 triliun. Penyelenggaraan operasional kegiatan pendukung turun 0,62% menjadi Rp 1,18 triliun, program sosial BI dan pemberdayaan sektor riil dan UMKM meningkat 12,47% menjadi Rp 470 miliar, pengeluaran pajak menurun sebesar 0,71% menjadi Rp 965 miliar dan cadangan anggaran meningkat 4,16% menjadi Rp 242 miliar.
Meski sudah menyampaikan rencana anggarannya ke Komisi XI DPR, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa angka ini masih akan terus bergerak. Karena itu, perencanaan ini pun masih akan terus dibahas di panitia kerja.
Terkait rencana penerimaan, Perry menjelaskan, angka dari penerimaan valas tersebut pun merefleksikan perkembangan suku bunga global, jumlah cadangan devisa yang dikelola dan juga arah pergerakan nilai tukar. "Tentu nanti harus dilihat kembali dengan kondisi terkini mengenai nilai tukar mengenai pergerakan suku bunga ke depan dan proyeksi cadangan devisa," jelas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News