Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Target angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,5% sepertinya sulit untuk tercapai. Pasalnya, berdasarkan survei proyeksi indikator makro ekonomi Indonesia kuartal II-2014 yang dirilis Bank Indonesia (BI), ekonomi Indonesia diperkirakan hanya akan tumbuh 5,37%, lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang sebesar 5,78%. Tapi, prediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini masih ada dalam kisaran pertumbuhan ekonomi BI yang sekitar 5,1% - 5,5%.
Laporan survei ini menyebutkan, lambatnya pertumbuhan ekonomi di tahun ini dipicu perlambatan ekonomi dunia dan kinerja neraca perdagangan Indonesia. Maklum, pemulihan ekonomi global belum berjalan secepat yang diperkirakan. Imbasnya, kinerja neraca perdagangan Indonesia masih buruk. Selama Januari hingga Mei 2014 neraca perdagangan Indonesia dua kali mencatat defisit yakni pada Januari 2014 sebesar US$ 430,60 juta dan US$ 1,96 miliar pada April 2014.
Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A.Prasetyantoko menuturkan buruknya fundamental ekonomi Indonesia yang ditandai pelebaran defisit transaksi berjalan menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Alhasil, "Ekonomi kita tak mampu tumbuh lebih tinggi lagi karena kita tidak mampu membiayai ekspansi ekonomi," jelasnya Kamis (17/7).
Menurutnya, pada kuartal II-2014 ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 5,19% - 5,2%, sehingga sampai akhir tahun ekonomi hanya akan tumbuh sekitar 5,2% - 5,3%.
Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistyaningsih bilang, ekonomi Indonesia tahun ini memang tidak akan tumbuh kencang. Selain ada pengereman laju kredit, sektor investasi juga belum tumbuh. "Kinerja ekspor juga belum stabil, sehingga tak mampu menopang pertumbuhan," ungkapnya. Karenanya, kata Lana cukup masuk akal bila sampai akhir tahun ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh di kisaran 5,1% - 5,5%.
Sementara itu, survei ini menyebut inflasi masih cukup baik. Menurut survei BI, inflasi diperkirakan akan ada di kisaran 5,43%. Sedangkan rupiah sampai akhir tahun rata-rata akan ada di level Rp 11.689 per dollar Amerika Serikat (AS). Prasetyantoko bilang, jika tak ada lonjakan pada sisi harga pangan dan harga energi, inflasi tahun ini sepertinya bisa terjaga di level 4,5% plus minus 1%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News