Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata belum mau memberikan komentar terkait kondisi APBN saat ini.
Yang jelas, biasanya kementerian Keuangan akan melaporkan kinerja realisasi APBN pada akhir bulan.
Sebagai informasi, Kementerian Keuangan memperkirakan defisit anggaran pada tahun ini mencapai Rp 486,4 triliun atau 2,28% dari PDB. Defisit APBN ini lebih rendah dari periode sama tahun lalu yang sebesar 2,35% atau sebesar Rp 460,4 triliun.
Sementara itu, keseimbangan primer akhir tahun diperkirakan mengalami defisit Rp 49,0 triliun, lebih rendah dari target yang sebesar Rp 74,1 triliun.
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Menciut dari Tahun Lalu
Dengan kondisi defisit yang lebih rendah tersebut, penerbitan utang baru pada tahun ini akan berkurang Rp 289,9 triliun dari target atau turun 17,7%, atau hanya mencapai Rp 486,4 triliun, atau 81,3% dari target Rp 598,2 triliun.
Penurunan pembiayaan anggaran ini akan dilakukan dengan mengurangi penerbitan SBN sebesar Rp 350 triliun. Sehingga penerbitan SBN yang akan dilakukan pemerintah hingga akhir tahun hanya akan sebesar Rp 362,9 triliun atau hanya 50,9% dari target.
Karena pembiayaan utang dikurangi, pemerintah akan memaksimalkan penggunaan sisa anggaran lebih (SAL) tahun lalu sebesar Rp 156,9 triliun.
Penggunaan SAL tersebut di antaranya, sebesar Rp 100 triliun untuk penurunan utang, dan Rp 56 triliun untuk pembayaran kewajiban pemerintah yakni untuk membayar kurang Bayar DBH, subsidi pupuk dan kompensasi energi.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Berpotensi Meningkat pada Oktober 2023
Sementara itu, realisasi pembiayaan lainnya diperkirakan melonjak tajam menjadi Rp 229,7 triliun, meningkat 34.330,9% dari target yang sebesar Rp 700 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News