kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Subsidi berkurang, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprediksi melambat tahun depan


Rabu, 20 November 2019 / 21:08 WIB
Subsidi berkurang, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprediksi melambat tahun depan
ILUSTRASI. Penjualan beras di Pasar Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (25/10).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memprediksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2020 berpotensi tertahan atau bahkan melambat. Padahal, konsumsi rumah tangga merupakan penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal, salah satu yang memengaruhi turunnya konsumsi rumah tangga pada tahun depan adalah daya beli masyarakat.

Baca Juga: Dampak kebijakan moneter BI tahun ini belum terasa optimal pada tahun 2020

Hal ini disebabkan oleh sejumlah kebijakan pemerintah yang bisa mendorong inflasi dan menggerus daya beli, khususnya masyarakat menengah ke bawah. 

Faisal mengambil contoh kebijakan rencana penghapusan subsidi listrik golongan 900 VA. Menurutnya, ini akan berdampak pada 6,9 juta pelanggan yang harus mengeluarkan uang ekstra untuk membayar listrik.

Kedua, adalah dengan pemangkasan subsidi solar 50% dan juga adanya pemangkasan subsidi LPB 3 kg sebesar 22% dari Rp 69.604 miliar di tahun 2019 menjadi Rp 54.435 miliar pada tahun 2020.

Baca Juga: Menyedot investasi langsung dari blok dagang terbesar di dunia

Selanjutnya yang menjadi kekhawatiran lain adalah kenaikan iuran BPJS Kesehatan hingga 100% untuk masyarakat kategori bukan penerimaan bantuan iuran (PBI).

Kebijakan ini akan meningkatkan pengeluaran untuk layanan kesehatan bagi 89,7 juta jiwa atau 41% dari total pengguna BPJS Kesehatan.

Di samping itu, ada juga rencana kenaikan cukai rokok sebesar 23% yang akan efektif pada 1 Januari 2020 yang nantinya berpotensi akan menaikkan harga rokok hingga 35%.

Baca Juga: China akan segera revisi PDB 2018 berdasarkan sensus ekonomi terbaru

Kenaikan harga rokok ini nantinya akan berkontribusi signifikan pada inflasi harga pangan bergejolak dan apalagi, bagi masyarakat bawah rokok adalah salah satu barang yang paling banyak dikonsumsi selain beras.

Oleh karena itu, agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga, Faisal mengimbau pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan permintaan domestik. Apalagi, di tengah gejolak perekonomian dunia yang masih tidak pasti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×