CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.663   77,00   0,49%
  • IDX 7.338   94,56   1,31%
  • KOMPAS100 1.128   11,25   1,01%
  • LQ45 893   6,20   0,70%
  • ISSI 223   2,62   1,19%
  • IDX30 460   2,54   0,56%
  • IDXHIDIV20 555   1,33   0,24%
  • IDX80 129   1,09   0,85%
  • IDXV30 139   0,09   0,07%
  • IDXQ30 154   0,59   0,39%

Menyedot investasi langsung dari blok dagang terbesar di dunia


Rabu, 20 November 2019 / 19:53 WIB
Menyedot investasi langsung dari blok dagang terbesar di dunia
ILUSTRASI. Para Menteri RCEP melakukan pertemuan tahunannya dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP). Pertemuan dipimpin oleh Deputi Perdana Menteri dan Ment


Reporter: Abdul Basith | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah optimistis Indonesia dapat menyedot investasi langsung dari blok dagang terbesar di dunia. Blok dagang yang dimaksud adalah Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).  

RCEP yang terdiri dari 10 negara anggota ASEAN plus enam negara mitra yaitu China, India, Jepang, Korea, Australia, dan Selandia Baru akan menjadi blok dagang terbesar di dunia.

Baca Juga: Genjot investasi ke Indonesia, pemerintah menaruh harapan pada RCEP

"Melalui RCEP, Indonesia dapat menarik investasi langsung dari blok dagang terbesar di dunia," ujar Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Rizal Affandi Lukman dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9, Rabu (20/11).

RCEP secara ekonomi memiliki nilai yang tinggi. Total populasi negara yang tergabung dalam RCEP sebesar 48% dari populasi dunia mengalahkan Uni Eropa.

Selain itu, Produk Domestik Bruto (PDB) negara RCEP juga mencapai 32% dari total PDB dunia. Kawasan RCEP diyakini menjadi pasar yang besar dengan melihat sebanyak 29% perdagangan dunia berada di kawasan tersebut.

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 diprediksi turun 4,9%-5,1%, ini penyebabnya

"Dengan membuka hubungan dagang yang lebih luas lagi maka Indonesia dapat menghindari ekonomi biaya tinggi," terang Rizal.

Ditambah lagi, kerja sama tersebut akan membuka akses pasar Indonesia. Oleh karena itu perlu persiapan matang untuk menyiapkan daya saing industri Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×