kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Sri Mulyani sebut risiko krisis utang jadi tantangan, ini kata ekonom


Rabu, 17 Maret 2021 / 15:27 WIB
Sri Mulyani sebut risiko krisis utang jadi tantangan, ini kata ekonom
ILUSTRASI. Kawasan perkantoran di Jakarta, Selasa (19/1). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/19/01/2021.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan di tengah pemulihan ekonomi global, ada beberapa risiko yang menjadi sentimen negatif ekonomi dalam negeri, salah satunya risiko utang global. Tak terkecuali, utang pemerintah yang makin menumpuk.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan meski ada serenteng sentimen negatif ekonomi global, pemulihan ekonomi juga terindikasi. Salah satunya tercermin dari penguatan kinerja bursa saham global sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global yang cenderung membaik ditopang oleh program vaksinasi global.

Dari sisi risiko peningkatan utang global, Josua mengatakan hal ini tentunya karena dipicu oleh pandemi Covid-19 secara global yang mendorong penurunan penerimaan negara.

Baca Juga: Peringati Hari Perawat Nasional, Sri Mulyani ucapkan rasa terima kasih

Saat bersamaan, belanja negara cenderung meningkat sebagai upaya untuk membatasi dampak negatif yang ditimbulkan dari pandemi dengan program stimulus fiskal dalam jumlah yang besar. 

Meskipun terdapat risiko peningkatan utang di negara maju dan berkembang, Josua menilai kondisi fundamental ekonomi Indonesia tetap baik mempertimbangkan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2020 masih aman dengan realisasi 38,5%. 

Angka tersebut lebih rendah dari negara berkembang lainnya misalnya Vietnam (46,6%), Malaysia (67,6%), Thailand (50,4%, dan Filipina (48,9%). Bahkan bagi  negara maju seperti AS sudah mencapai 131,2%, Jepang (266,2%), serta Jerman (73,3%) terhadap PDB negara-negara tersebut.

Dengan kondisi utang yang tetap manageable maka ruang fiskal pemerintah Indonesia pun diperkirakan akan lebih lebar dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. 

Baca Juga: Menkeu: Transformasi digital dapat meningkatkan kepatuhan perdagangan internasional

“Hal tersebut berimplikasi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mencapai level potensinya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (16/3).

Selain itu, dengan kondisi pengelolaan utang pemerintah Indonesia juga terefleksi dari afirmasi dari lembaga rating internasional yang masih mengafirmasi peringkat utang pemerintah Indonesia masuk golongan Investment Grade.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×