kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.480   -25,75   -0,34%
  • KOMPAS100 1.154   -2,95   -0,26%
  • LQ45 913   0,81   0,09%
  • ISSI 227   -1,59   -0,70%
  • IDX30 471   1,26   0,27%
  • IDXHIDIV20 567   3,73   0,66%
  • IDX80 132   -0,15   -0,11%
  • IDXV30 139   -0,18   -0,13%
  • IDXQ30 157   0,79   0,50%

Sri Mulyani Catat Defisit APBN 2023 Sebesar Rp 241,4 Triliun Hingga 28 Desember


Senin, 01 Januari 2024 / 12:35 WIB
Sri Mulyani Catat Defisit APBN 2023 Sebesar Rp 241,4 Triliun Hingga 28 Desember
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan melaporkan defisit APBN 2023 mencatatkan defisit Rp 241,4 triliun hingga 28 Desember 2023.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 mencatatkan defisit Rp 241,4 triliun hingga 28 Desember 2023.

Realisasi tersebut lebih rendah dari target dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75/2023 yang sebesar Rp 479,9 triliun, juga lebih rendah dari target dalam APBN 2023 yang sebesar 598,2 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit APBN tersebut diperoleh dari realisasi belanja negara yang lebih tinggi jika dibandingkan realisasi pendapatan negara.

Dalam postingan akun Instagramnya @smindrawati, Sri Mulyani mencatat, hingga 28 Desember 2023 realisasi pendapatan negara tercatat sebesar Rp 2.725,4 triliun atau mencapai 103,2% dari target Perpres 75/2023 sebesar Rp 2.637,2 triliun. Sementara itu jika dibandingkan dengan target dalam APBN 2023 yang Rp2.463,0 triliun, realisasi tersebut mencapai 110,6%.

Baca Juga: Kemenkeu Pastikan Utang Digunakan Untuk Pembangunan PSN Secara Optimal

Dari sisi belanja, realisasinya mencapai Rp 2.966,8 triliun. Namun realisasi ini lebih rendah dari target Perpres 75/2023 yang sebesar Rp 3.117,2 triliun atau hanya mencapai 96,9%. Sedangkan jika dibandingkan dengan target belanja dalam APBN 2023 hanya mencapai 95,17% dari yang sebesar Rp 3.061,2 triliun.

Kemudian, realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp 337,8 triliun, atau lebih rendah dari target dalam Perpres 75/2023 yang sebesar Rp 479,9 triliun, juga lebih rendah dari target APBN yang sebesar 598,2 triliun.

“APBN 2023 kita tutup mungkin akan relatif lebih baik dari yang diharapkan. Jadi APBN kita cukup sehat, konsolidasinya bagus, sehingga masuk 2024 juga ada optimisme,” ungkapnya dalam video Rapor Tahunan APBN 2023, Minggu (31/12).

Baca Juga: Benarkah Kereta Cepat Whoosh Bisa Balik Modal Dalam 38 Tahun?

Bendahara keuangan negara ini menyampaikan, kinerja APBN 2023 yang solid akan membawa optimisme pada 2024 yang diharapkan APBN tahun depan akan tetap menjadi alat yang digunakan untuk menghadapi shock absorber, responsif, dan mampu menciptakan stabilitas, menciptakan distribusi, juga meningkatkan efisiensi ekonomi.

Sri Mulyani menggambarkan bahwa perjalanan melewati tahun 2023 tidaklah mudah dan terdapat berbagai tantangan. Mulai dari tahun 2023 yang diprediksi akan gelap karena banyak negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang mengalami guncangan.

“Dan negara-negara maju yang mempengaruhi ekspor kita termasuk RRT (China) yang mengalami kondisi ekonomi struktural dalam negerinya semuanya dalam kondisi melemah. Kita juga lihat suasana global tidak begitu menguntungkan,” ungkap Menkeu.

Baca Juga: PMN Rp 37 Triliun Cair di Ujung Tahun

Meski begitu, Sri Mulyani menyampaikan, berbagai guncangan tersebut mampu dilewati pemerintah dengan kinerja APBN yang solid, dan akan menjadi modal untuk melanjutkan perekonomian di 2024.

Ia mencatat, di 2024 akan ada banyak agenda nasional yang penting, seperti  pemilihan umum (pemilu). Disamping itu, tahun ini juga pemerintah masih akan menyelesaikan proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Banyak sekali investasi di APBN untuk pembangunan infrastruktur dasar dan pembangunan kompleks pemerintahan di sana (IKN), pasti 2024 akan diakselerasikan,” kata Sri Mulyani.

Meski demikian, Sri Mulyani menyebut tahun 2024 pemerintah akan tetap mewaspadai berbagai risiko dan guncangan yang ada, terutama dari faktor eksternal. Sebab, geopolitik masih belum selesai, dan dunia masih dihadapkan fragmentasi.

“Kita jangan terkejut, karena shock datangnya tidak dengan direncanakan. Pasti ada kejutan dan kejutan itu bisa positif dan negatif,” tambahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×