kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.169   31,00   0,19%
  • IDX 7.055   71,46   1,02%
  • KOMPAS100 1.056   15,44   1,48%
  • LQ45 830   13,30   1,63%
  • ISSI 213   1,17   0,55%
  • IDX30 424   7,51   1,80%
  • IDXHIDIV20 510   8,12   1,62%
  • IDX80 120   1,73   1,46%
  • IDXV30 125   0,86   0,70%
  • IDXQ30 141   2,17   1,56%

SRBI Lebih Dilirik Oleh Investor, Haruskah Pemerintah Menaikkan Imbal Hasil SBN?


Selasa, 09 Juli 2024 / 16:26 WIB
SRBI Lebih Dilirik Oleh Investor, Haruskah Pemerintah Menaikkan Imbal Hasil SBN?
ILUSTRASI. Sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang ternyata lebih dilirik investor ketimbang surat berharga negara (SBN) pemerintah.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia turut menyoroti terkait instrumen moneter Bank Indonesia (BI) yakni sekuritas mata uang lokal atau sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang ternyata lebih dilirik investor ketimbang surat berharga negara (SBN) pemerintah.

SRBI lebih dilirik lantaran dengan tenor yang sama yakni 1 tahun, SRBI menawarkan imbal hasil sebesar 7,5%, atau lebih tinggi dibandingkan imbal hasil SBN yang sebesar 6,7%.

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai, pemerintah nampaknya tidak perlu menaikkan imbal hasil SBN hanya untuk menarik perhatian investor.

Baca Juga: Stabilisasi Moneter, BI Sudah Beli SBN Rp 137,1 Triliun di Sepanjang Tahun 2024

“SRBI juga merupakan produk underlying SBN, sehingga sebenarnya tidak perlu pemerintah melakukan kebijakan itu, lebih baik sesuai mekanisme pasar saja,” tutur Myrdal kepada Kontan, Selasa (9/7).

Alhasil, kata Myrdal, meskipun SRBI lebih banyak dilirik investor, pada muaranya akan sama-sama masuk ke sistem keuangan Indonesia, dan akhirnya mendorong cadangan devisa lebih banyak lagi.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa sisa penerbitan SBN Rp 214,6 triliun masih akan tetap dilirik oleh pasar, meski bersaing dengan penerbitan SRBI

“Karena kami sepakat agar SBN lebih banyak untuk jangka panjang, sehingga untuk SRBI hanya 6, 9 hingga 12 bulan. Karena kalau jangka pendek suku bunganya lebih tinggi,” kata Perry.

Baca Juga: Sentimen Risk Off Masih Membayangi Ekonomi Global

Di samping itu, Ia juga memastikan, jika imbal hasil SBN mengalami peningkatan, maka BI akan membeli SBN baik dari pasar sekunder dan pasar perdana.

Ia mencatat, secara keseluruhan tahun ini terjadi inflow khususnya dari SRBI sebesar Rp 130,35 triliun, dari saham Rp 340 miliar, meski pada pertengahan tahun Surat Berharga Negara (SBN) terjadi outflow Rp 33,96 triliun.

Perry menambahkan, sejalan dengan adanya koordinasi dengan Kementerian Keuangan, sejak Juni 2024 SBN mulai kembali inflow, dan diharapkan tetap terjaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×