kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Situasi pandemi Covid-19 yang kompleks mempengaruhi efektivitas mikro lockdown


Sabtu, 05 Juni 2021 / 13:00 WIB
Situasi pandemi Covid-19 yang kompleks mempengaruhi efektivitas mikro lockdown


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 belum bisa dikatakan terkendali di Indonesia. Berbagai metode pencegahan penularan virus Corona pun terus diterapkan oleh pemerintah, salah satunya mikro lockdown.

Dengan adanya micro lockdown, maka terjadi pembatasan berbagai kegiatan dalam skala yang lebih kecil seperti kampung, desa, RT, dan RW.

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman berpendapat penerapan mikro lockdown sebenarnya relatif sulit dilakukan di Indonesia mengingat banyak kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi. Ditambah lagi, virus Corona sudah menyebar ke seluruh provinsi di tanah air.

Alhasil, butuh pengawasan ekstra ketat untuk memastikan pembatasan kegiatan di wilayah skala kecil tersebut bisa berjalan semaksimal mungkin.

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Jumat (4/6): Tambah 6.486 kasus, tetap pakai masker

“Situasi pandemi di Indonesia merupakan akumulasi dari kasus-kasus yang terjadi sejak tahun lalu dan masih banyak klaster yang tidak terdeteksi dan tidak teridentifikasi, sehingga berbahaya bagi kelompok rentan,” ungkap dia, Jumat (4/6).

Terlepas dari itu, ia tetap menyarankan agar upaya-upaya pembatasan kegiatan dan mobilisasi yang melibatkan banyak orang terus dilakukan. Sebab, biar bagaimanapun pandemi Covid-19 belum terkendali walau program vaksinasi sudah mulai berlangsung sejak awal tahun 2021.

Kemunculan berbagai klaster akibat momen tertentu seperti libur lebaran juga harus diwaspadai. Belum lagi, varian-varian virus Corona terus bermunculan, termasuk dari India yang disebut varian Delta.

“Varian Delta sudah mulai bermunculan di Indonesia dan banyak yang tidak terdeteksi. Jangankan penyekatan, lockdown pun belum tentu bisa meredam varian tersebut,” terang Dicky.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius mengaku, metode mikro lockdown relatif baik untuk diterapkan karena lebih fokus dan mengarah pada sasaran yang lebih tepat. Area RT dan RW pun akan lebih mudah dan efektif untuk diawasi.

Baca Juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19, lebih dari 11 juta orang telah menerima 2 dosis vaksin

“Pemanfaatan dan pemberdayaan pihak-pihak yang terkait harus diaktifkan melalui sarana komunikasi langsung yang jelas untuk mencegah kesimpangsiuran informasi mikro lockdown ini,” tuturnya, Jumat (4/6).

Dia pun berpendapat, jika suatu saat micro lockdown diberlakukan di wilayah tempat tinggalnya, maka mau tidak mau kegiatan di luar rumah harus dibatasi. Aktivitas pekerjaan pun dilakukan dengan sistem work from home (WFH). Kebutuhan sehari-hari juga harus disiapkan dengan mengandalkan transaksi secara online.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×