Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah akan memperbesar porsi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) berdedominasi valuta asing (valas). Langkah ini dilakukan sebagai tindak lanjut kondisi ekonomi global terutama Amerika yang sedang pulih.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, rencana pemerintah yang ingin mengurangi SBN rupiah dan memperlebar SBN valas mempunyai sisi positif dan negatif. Positifnya, pembiayaan utang akan aman di 2015 apabila memperbanyak SBN valas.
Menurut Lana, investor saat ini cenderung untuk memegang aset dalam bentuk dollar karena ekonomi Amerika sedang membaik. Kondisi ketidakpastian yang masih melanda global saat ini berpengaruh terhadap perilaku investor yang akan lebih suka memegang investasi yang aman.
Pasar dollar sedang kuat sehingga penerbitan global bond dalam bentuk dollar AS akan digandrungi pembeli. "Portofolio utang sedang ada kedinamisan dan pemerintah perlu mengikuti itu," ujarnya ketika dihubungi KONTAN, Selasa (6/1).
Selain penerbitan global bond dollar AS, yang juga perlu disasar pemerintah adalah samurai bond. Pasalnya mata uang yen sedang menguat dan pasti akan diburu pembeli.
Sisi negatifnya, rasio utang Indonesia terhadap PDB akan naik. Indonesia berutang dalam bentuk dollar sedangkan PDB dalam bentuk rupiah. Ketika dollar menguat maka PDB akan semakin kecil dan rasio meningkat. Maka dari itu, Lana menegaskan pemerintah harus berhati-hati dalam mempertimbangkan porsi SBN valas. "Rasio harus dijaga aman. Kalau levelnya 75% rupiah dan 25% valas masih aman tahun ini," pungkas Lana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News