kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kepemilikan asing di SBN rekor, ancaman bagi RI


Rabu, 03 Desember 2014 / 14:46 WIB
Kepemilikan asing di SBN rekor, ancaman bagi RI
ILUSTRASI. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan menerbitkan aturan baru harga rumah subsidi. KONTAN/Baihaki/20/01/2023


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Posisi kepemilkan asing di surat berharga negara (SBN) per 1 Desember 2014 menjadi rekor tertinggi. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) menunjukkan, kepemilikan asing pada 1 Desember 2014 mencapai 39,5% atau sebesar Rp 482,2 triliun.

Dirjen Pengelolaan Utang Robert Pakpahan mengatakan, bila dibanding dengan negara tetangga kepemilikan asing dalam surat utang pemerintah RI paling tinggi. Data DJPU menunjukkan, posisi asing di surat berharga Malaysia pada Maret 2014 sebesar 30,76%, Thailand sebesar 16,15%, Korea Selatan 10,5%, dan Jepang 8,42%. 

Sedangkan Indonesia sendiri pada Maret 2014 posisi asing mencapai 33,64%. Inilah yang menyebabkan Indonesia relatif rentan terhadap risiko karena porsi asing yang relatif signifikan, bila dibanding dengan negara lain. 

Menurut Robert, pihaknya senang minat investor asing terhadap utang pemerintah tinggi. Kalau minat asing tinggi maka akan membantu likuiditas dan membantu turunkan imbal hasil alias yield. "Walaupun kita happy, tapi kita juga perhatikan itu," ujar Robert di Jakarta, Rabu (3/12).

Dominannya kepemilikan asing di SBN menjadi ancaman apabila terjadi normalisasi kebijakan Bank Sentral Amerika The Fed dengan menaikkan suku bunga. Kebijakan suku bunga Amerika ini yang kemudian juga membuat pemerintah ingin menekan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan akan menggunakan sebagian dari dana realokasi anggaran untuk menurunkan defsiit anggaran. "Sebagai antisipasi ketidakpastian ekonomi global masa depan, seperti kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS)," katanya. 

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi sebesar Rp 2.000 per liter membuat penghematan anggaran hingga Rp 100 triliun pada tahun depan. Adapun defisit anggaran dalam APBN 2015 sebesar Rp 245,9 triliun atau 2,21% dari PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×