kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.787   8,00   0,05%
  • IDX 7.464   -15,87   -0,21%
  • KOMPAS100 1.153   -1,04   -0,09%
  • LQ45 914   0,87   0,10%
  • ISSI 225   -1,16   -0,51%
  • IDX30 472   1,38   0,29%
  • IDXHIDIV20 570   2,55   0,45%
  • IDX80 132   0,07   0,05%
  • IDXV30 140   1,22   0,88%
  • IDXQ30 158   0,44   0,28%

Serapan Belanja Negara Dinilai Masih Belum Maksimal


Senin, 26 Juni 2023 / 19:13 WIB
Serapan Belanja Negara Dinilai Masih Belum Maksimal
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, realisasi belanja negara hingga Mei 2023 telah mencapai Rp 1.005 triliun.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, realisasi belanja negara hingga Mei 2023 telah mencapai Rp 1.005 triliun.

Ini setara 32,8% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023. Belanja negara ini tumbuh sebesar 7,1% secara tahunan.

Hanya saja, Analisi Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita menilai serapan belanja yang baru sebesar 32,8% itu masih belum maksimal. Dirinya juga mempertanyakan penyebab realisasi belanja negara yang masih rendah tersebut.

"Realisasi belanja yang 32% tersebut tentu masih terbilang belum maksimal. Waktu sudah berjalan hampir satu semester, belanja masih di bawah 40%," ujar Ronny kepada Kontan.co.id, Senin (26/6).

Baca Juga: Jokowi Minta Peningkatan Kualitas Belanja Anggaran

Di sisi lain, ia bilang, sekitar setengah dari belanja negara yang dibelanjakan untuk masyarakat kelas bawah ini akan cukup mampu mempertahankan tingkat kontribusi konsumsi rumah tangga kalangan menengah bawah. Meski begitu, untuk memutar pergerakan ekonomi lebih kencang, menurutnya tidak akan terlalu berpengaruh.

"Tekanan ekonomi di kalangan menengah bawah cukup tinggi. Apalagi belakangan harga-harga komoditas pokok terus naik. Jadi belanja untuk kelas menengah ke bawah hanya cukup untuk mempertahankan pertumbuhan dalam gerak normalnya saja," jelasnya.

Kemudian untuk belanja lainnya, selain untuk masyarakat miskin, nampaknya juga masih dalam irama yang sama seperti sebelumnya, utamanya infrastruktur. Mengingat masih dalam irama yang sama, menurut Ronny, kontribusinya juga tidak akan jauh berbeda terhadap pertumbuhan.

Apalagi proyek atau investasi infrastruktur tidak serta merta bisa langsung menghasilkan multiplier effect jangka panjang pada ekonomi, selain dana yang dibelanjakan tersebut. Oleh karena itu, Ronny bilang, apabila belanja produktifnya kurang berkualitas, maka efeknya pada ekonomi justru kurang produktif pula.

"Jadi agar belanja negara bisa menggerakan ekonomi lebih baik, maka belanjanya harus berkualitas, yakni memberikan efek lanjutan pada aktifitas ekonomi lainya atau memiliki kekuatan leverage pada kegiatan ekonomi lain, selain belanja itu sendiri," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×