kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.741.000   2.000   0,12%
  • USD/IDR 16.443   -51,00   -0,31%
  • IDX 6.472   -43,68   -0,67%
  • KOMPAS100 929   2,96   0,32%
  • LQ45 729   2,37   0,33%
  • ISSI 202   -1,52   -0,74%
  • IDX30 380   0,83   0,22%
  • IDXHIDIV20 454   0,28   0,06%
  • IDX80 106   0,50   0,48%
  • IDXV30 109   0,90   0,83%
  • IDXQ30 124   0,29   0,23%

Sektor Padat Karya Butuh Dukungan Pemerintah


Senin, 17 Februari 2025 / 17:31 WIB
Sektor Padat Karya Butuh Dukungan Pemerintah
ILUSTRASI. Buruh linting rokok beraktivitas di salah satu pabrik rokok di Blitar, Jawa Timur, Kamis (25/3/2021).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029 tidak mudah di tengah rendahnya daya beli masyarakat, pengetatan dan efisiensi anggaran,  serta melemahnya sektor industri. 

Kendati begitu, ekonom melihat target itu tetap bisa dicapai dengan catatan pemerintah memberikan perlindungan terhadap sektor industri dalam negeri, selain selain memberikan stimulus berupa paket kebijakan yang bisa membangkitkan daya beli.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menekankan bahwa seluruh sektor ekonomi harus berkontribusi terhadap pertumbuhan tersebut. Oleh arena itu, industri-industri penyokong perekonomian Indonesia selama ini bisa didorong untuk mencapai target itu. 

"Semua sektor harus tumbuh bersama-sama dengan lebih baik, khususnya sektor industri yang bisa menciptakan nilai tambah yang lebih besar," ujar Piter, Minggu (16/4).

Baca Juga: Prabowo Terbitkan Paket Stimulus Ekonomi untuk Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Menurut Piter, peningkatan efisiensi dan mendorong investasi yang lebih merata di berbagai sektor, termasuk dalam hal pengembangan sumber daya manusia (SDM), sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kata dia, produktivitas juga harus diperbaiki, termasuk dalam hal pengembangan SDM. 

Dia melihat industri tembakau merupakan salah satu sektor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, mampu menyumbang  penerimaan negara dan menyerap sekitar 6 juta tenaga kerja.

Dia mengatakan, Industri tembakau melibatkan rantai nilai yang panjang, mulai dari petani tembakau, pengolahan, hingga distribusi dan penjualan. Hal ini menciptakan efek berganda yang besar bagi perekonomian nasional dan daerah.

Industri tembakau juga memberikan kontribusi besar melalui Cukai Hasil Tembakau (CHT). Penerimaan hasil tembakau menyumbang Rp216,9 triliun pada tahun 2024 atau tumbuh sekitar 1,6%  secara tahunan. Sementara pada tahun 2025, pemerintah menargetkan penerimaan CHT sebesar Rp 230,09 triliun, menjadikannya kontributor utama dalam total pendapatan cukai. 

Baca Juga: Ancaman PHK Massal Mengintai Sejumlah Sektor Industri di Indonesia

Piter berharap menerapkan kebijakan yang berimbang dan tidak menekan demi menjaga stabilitas penerimaan negara. Menurutnya, kebijakan fiskal dan non-fiskal yang adil penting untuk memastikan keberlangsungan industri tembakau, sehingga dapat berkontribusi terhadap penerimaan negara dan penyerapan tenaga kerja.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tahun 2024 tumbuh  5,03% secara tahunan, sedikit melambat dari 5,05% pada 2022 dan lebih rendah dari trate sebesar 5,2%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×