Reporter: Indra Khairuman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia sedanga berusaha meningkatkan ekspor ke pasar non-tradisional di tengah tantangan tarif yang tinggi dari Amerika Serikat.
Pemerintah akan fokus meningkatkan ekspor ke negara-negara BRICS, kawasan Timur Tengah, dan Amerika Latin.
Peluang untuk meningkatkan ekspor terlihat pada komoditas unggulan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Kemudian mempertimbangkan pentingnya dukungan dari diplomasi perdagangan dan perjanjian dagang untuk memperluas akses ke pasar.
Yusuf Rendy Manilet, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), mengungkapkan beberapa wilayah yang memiliki potensi besar bagi ekspor Indonesia.
Baca Juga: Ekspor Biji Kopi ke Negara Timur Tengah Alami Penurunan Imbas Konflik Israel-Iran
“Negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), serta kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, khususnya negara-negara anggota OKI seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Mesir,” ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Kamis (10/7).
Menurut Yusuf, negara-negara tersebut tidak hanya memiliki populasi penduduk yang besar, tapi juga pertumbuhan kelas menengah yang cepat.
Ia menjelaskan bahwa dalam tiga tahun terakhir, ekspor Indonesia ke kawasan tersebut menunjukkan tren yang positif.
“Ekspor non-migas ke UEA, misalnya, tumbuh sekitar 15% dalam periode 2021 hingga 2023,” jelas Yusuf.
Yusuf menegaskan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh produk-produk makanan, fashion, dan perhiasan.
Baca Juga: Ekspor Biji Kopi ke Negara Timur Tengah Alami Penurunan Imbas Konflik Israel-Iran
Selain itu, ekspor ke Mesir juga meningkat, khususnya untuk produk pertanian seperti kopi, rempah-rempah, dan minyak kelapa sawit.
Ia juga menekankan potensi pasar di India, yang tetap menjadi tujuan utama untuk batu bara dan juga CPO. “Saya melihat peluang yang besar untuk mendorong produk hilir yang bernilai tambah,” kata Yusuf.
Di Afrika Selatan, meski nilai ekspornya masih belum terlalu besar, permintaan untuk produk otomotif, tekstil, dan elektronik ringan mulai menunjukkan peningkatan seiring dengan percepatan industri di negara tersebut.
Yusuf mengingatkan bahwa tidak semua produk cocok untuk semua pasar. “Kita harus cermat melihat kebutuhan masing-masing negara,” tegas Yusuf.
Baca Juga: Agresi Israel-AS Terhadap Iran dan Retorika Kosong Para Pemimpin Negara Timur Tengah
Di sisi lain, ia menjelaskan bahwa di kawasan Timur Tengah dan Afrika, produk halal seperti makanan, kosmetik, dan farmasi halal memiliki potensi yang besar.