Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Risiko perekonomian global semakin meningkat. Berbagai negara terancam mengalami resesi, ketegangan dagang belum sepenuhnya mereda, serta risiko geopolitik membayangi pertumbuhan ekonomi dan tingkat perdagangan dunia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk mengelola perekonomian. Ia bilang, saat ini pemerintah menghadapi kondisi perekonomian dunia yang terus berubah.
Baca Juga: Trending topic: Resesi bikin harga emas seksi, Ancaman capital outflow Indonesia
"Tren ke depan ada kemungkinan pelemahan ekonomi di berbagai negara penting, disertai resposn kebijakan mereka baik dari sisi fiskal dan moneter. Kondisi itu memengaruhi lingkungan yang kita kelola,” tutur Menkeu saat ditemui di DPR, Jumat (6/9).
Meski begitu, Sri Mulyani memastikan, pemerintah terus waspada menghadapi kondisi tersebut. Di sisi lain, pemerintah juga membuat kebijakan-kebijakan yang membuat perekonomian Indonesia tetap kondusif bagi bagi para investor.
Salah satunya, memberi kepastian insentif perpajakan lewat Rancangan Undang-Undang (RUU) Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk Penguatan Perekonomian yang diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo, Rabu (4/9) lalu.
Baca Juga: Penurunan suku bunga BI dinilai belum cukup untuk genjot ekonomi Indonesia
Sri Mulyani mengatakan, RUU tersebut sebagai salah satu instrumen untuk mendorong investor merealisasikan minat investasinya di Indonesia, terutama investasi langsung yang bersifat jangka panjang.
Bersamaan dengan itu, upaya penyederhanaan aturan juga dilakukan untuk mengurangi biaya dan durasi urusan bisnis (cost of doing business) yang selama ini tinggi.
“Pesannya tetap sama, untuk bisa menjaga ekonomi kita dari gejolak dan perubahan global yang tidak menguntungkan itu, kita harus bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah tempat yang baik dan aman, destinasi yang baik bagi investasi” tutur dia.
Baca Juga: Capital Outflow dalam Sebulan Terakhir Mencapai Belasan Triliun Rupiah
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menambahkan, risiko gejolak arus modal memang ada, namun tak hanya dihadapi Indonesia sendirian.
“Itu semua tidak terjadi di Indonesia saja. Ini karena adanya flight to quality,” ujarnya saat ditemui di DPR, Jumat (6/9).
Destry menyebut, perekonomian Indonesia secara fundamental masih baik dan dipercaya oleh pasar. Misalnya, dengan kondisi imbal hasil (yield) yang cukup menarik, kebijakan fiskal yang dinilai prudent, serta pertumbuhan ekonomi di atas 5% dengan inflasi yang relatif rendah.
“Market masih confident. Itu saja. Sekarang kita sudah di track yang benar, tinggal diteruskan,” tandas Destry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News