kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan suku bunga BI dinilai belum cukup untuk genjot ekonomi Indonesia


Jumat, 06 September 2019 / 14:22 WIB
Penurunan suku bunga BI dinilai belum cukup untuk genjot ekonomi Indonesia


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini, kebijakan moneter seperti penyesuaian suku bunga acuan oleh bank sentral saja tidak cukup untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. 

Terlebih bank biasanya membutuhkan waktu untuk menurunkan bunga kreditnya. Padahal, bunga kredit rendah akan mendorong masyarakat berbelanja yang berujung pada peningkatan konsumsi dan investasi. 

Alhasil, langkah Bank Indonesia (BI) memangkas bunga acuan menjadi 5,5% belum bisa mendorong konsumsi maupun investasi secara maksimal dalam jangak pendek. Maka itu, untuk menopang pergerakan ekonomi, pemerintah harus bisa melengkapi penurunan bunga acuan dengan kebijakan lain.

Baca Juga: Disepakati Banggar, ini postur sementara APBN tahun 2020

"Dibutuhkan dorongan lain dalam sisi fiskal, utamanya belanja negara sehingga roda perekonomian berputar lebih cepat di saat situasi begini," kata William Henley, Founder Indosterling Group dalam keterangan persnya, Jumat (6/9).

Menurutnya, kebijakan fiskal yang pro terhadap investasi dan konsumsi perlu segara dieksekusi oleh pemerintah. Misalnya, dengan terus menggenjot penyaluran anggaran belanja bantuan sosial (bansos) di sisa waktu anggaran tahun ini.

Begitu juga dengan belanja-belanja lain yang berkorelasi dengan konsumsi masyarakat. "Ingat konsumsi masyarakat masih memegang peranan tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi," ujar William.

Sebagai gambaran, konsumsi rumah tangga menyumbang 55,79% terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2019. Berdasarkan data APBN KiTa, realisasi belanja negara sampai akhir Juli 2019 mencapai Rp 1.236,54 triliun atau 50,2% dari pagu APBN. 

Baca Juga: Mewaspadai bayang-bayang resesi

Nilai itu meningkat 7,93% secara tahunan. Kemudian realisasi belanja pemerintah pusat per Juli 2019 mengalami peningkatan 9,24% secara tahunan. 

Faktor utamanya adalah realisasi belanja bansos yang telah mencapai Rp 75,08 triliun atau 73,6% dari pagu atau meningkat 33,5% secara tahunan.  "Nah, di sisa tahun ini belanja anggaran itu harus terus ditingkatkan demi menopang pertumbuhan ekonomi," ujarnya. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2019 hanya 5,05%. Realisasi itu lebih lambat dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang tercatat sebesar 5,27%. Untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,4%.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×