CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.897   -71,00   -0,45%
  • IDX 7.245   -63,56   -0,87%
  • KOMPAS100 1.108   -9,65   -0,86%
  • LQ45 880   -6,33   -0,71%
  • ISSI 220   -1,67   -0,76%
  • IDX30 451   -3,42   -0,75%
  • IDXHIDIV20 542   -4,51   -0,82%
  • IDX80 127   -1,12   -0,87%
  • IDXV30 136   -1,39   -1,01%
  • IDXQ30 150   -1,34   -0,88%

Schroder: Jokowi jangan takut naikkan BBM


Senin, 13 Oktober 2014 / 19:30 WIB
Schroder: Jokowi jangan takut naikkan BBM
Telkom Landmark Tower building. Telkom Indonesia (TLKM) Serap Belanja Modal Rp 7,4 Triliun Sepanjang Kuartal I-2023.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Para pelaku pasar, salah satunya Presiden Direktur Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi merupakan kebijakan yang krusial. Sebab, kebijakan ini dinilai dapat memperbaiki makro Indonesia secara signifikan.

"Jangan takut popularitas turun karena menaikan harga BBM subsidi," kata Michael, di sela kegiatan Wealth & Beyond Personal Economy Forum 2014, (13/10).

Menurutnya, presiden terpilih Joko Widodo memang memiliki ruang untuk menaikan harga BBM meski waktunya terbatas. Sebab, jika harga BBM batal dinaikan sisa akhir tahun ini maka Jokowi perlu mengajukan rencana ini tahun depan ke DPR. Sementara, DPR banyak diisi oleh kubu oposisi sehingga dikhawatirkan usulan tersebut bakal ditolak.

Tapi, perlu ada inovasi kebijakan jika tingkat elekabilitasnya tidak ingin menurun drastis. Pertama, tentunya diperlukan adanya komunikasi yang baik dengan masyarakat. Lalu, jangan seperti presiden-presiden sebelumnya yang melakukan penyesuaian harga BBM subsidi terlebih dahulu baru memberikan kompensasi berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT). Hasilnya bisa dilihat, strategi ini membuat popularitas mereka turun drastis dan sulit kembali terangkat.

Sebaliknya, menurut Michael, Jokowi justru bisa memberikan kompensasi terlebih dahulu baru melakukan penyesuaian harga BBM subsidi. Akan lebih baik lagi jika kompensasi yang diberikan bukan berupa uang tunai, tapi dengan bantuan dalam bentuk yang lain, seperti kompensasi untuk dana pendidikan dan kesehatan.

Dengan demikian, strategi seperti ini diharapkan popularitas Jokowi tidak menurun meski dia mengeksekusi kenaikan harga BBM subsidi. "Berikan dulu kompensasi baru naikkan harga BBM. Kalau mau mengubah caranya bisa kok," pungkas Michael.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×