Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rusia baru-baru ini menarik diri dari kesepakatan ekspor gandum. Bahkan Rusia terus melancarkan serangan militernya ke wilayah Odesa, Ukraina sejak Senin (17/7) setelah berakhirnya kesepakatan ekspor gandum tersebut.
Dampaknya, Ukraina selaku salah satu produsen gandum terbesar di dunia tidak lagi melakukan ekspor biji-bijian termasuk gandum melalui Laut Hitam.
Merespon hal ini, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasiona (Bapanas), Rahmi Widiariani menilai ketegangan Rusia dan Ukraina ini tidak akan berdampak pada stok gandum dalam negeri.
"Pasokan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetap aman," kata Rahmi saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (23/7).
Baca Juga: Tanam Perdana Sorgum di Sukabumi, Bapanas Berniat Menguatkan Ketahanan Pangan
Rahmi mengatakan bahwa Indonesia tidak bergantung kepada gandum Rusia maupun Ukraina. Beberapa sumber impor gandum dalam negeri menurutnya di dapatkan dari banyak negara.
"Kita tidak hanya bergantung pada Rusia-Ukraina, Indonesia mengimpor gandum dari beberapa negara seperti Australia, Kanada, Amerika, Argentina, India, Brazil juga," jelas Rahmi.
Diketahui, kesepakatan ekspor biji-bijian Rusia-Ukraina lewat laut hitam mulanya ditengarai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turkiye pada Juli 2022 bertujuan untuk memunkinkan biji-bijian dari Ukraina dapat di ekspor secara aman.
Kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina telah diperpanjang beberapa kali, tetapi akan berakhir pada hari Senin (17/7) lalu.
Rusia telah mengatakan selama berbulan-bulan bahwa persyaratan untuk perpanjangannya belum terpenuhi.
"Faktanya, perjanjian Laut Hitam tidak lagi berlaku hari ini. Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam yang menyangkut Rusia belum diimplementasikan sejauh ini, jadi efeknya dihentikan," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada para wartawan, dikutip dari Reuters.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News