Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, nilai tukar rupiah ditargetkan pada level Rp 16.100 per dolar Amerika Serikat (AS).
Namun, dalam beberapa hari terakhir, rupiah tampil perkasa di hadapan dolar AS. Pada Selasa (20/8), kurs rupiah ditutup di level Rp 15.436 per dolar AS atau menguat sekitar 0,74% dibanding penutupan hari sebelumnya.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, secara fundamental memang bukan rupiah yang menguat, melainkan pelemahan dolar AS yang mendorong rupiah terapresiasi.
Pelemahan dolar AS terjadi karena sejumlah sentimen eksternal. Mulai dari ekspektasi pemangkasan memangkas suku bunga Federal Reserve (The Fed), pernyataan pejabat The Fed mengenai data inflasi, serta data tenaga kerja AS.
"Kalau dilihat, indeks dolar AS sekarang berada di posisi 101, level terendah sejak awal tahun 2024. Jadi ini yang mendorong rupiah seakan-akan sangat kuat sekarang," kata Fikri kepada KONTAN, Selasa (20/8).
Baca Juga: Rupiah Terus Menanjak, Ini Besaran Kurs Rupiah yang Ideal Bagi Emiten
Lebih lanjut, Fikri menyebut target nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2025 telah disusun sejak awal tahun, saat ada risiko koreksi rupiah.
Selain itu, Fikri mengingatkan ada potensi penguatan dolar AS di akhir tahun 2024. Mengingat, ada Pilpres AS dan pasar juga menanti arah kebijakan AS selanjutnya. Hal itu berpotensi mengerek dolar AS dan menekan rupiah.
Adapun, rupiah juga berpotensi melemah di tahun depan karena defisit fiskal Indonesia diproyeksi lebih besar di 2,56% dari GDP.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News