kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah 13.400 per dollar sejalan dengan industri


Kamis, 14 September 2017 / 19:27 WIB
Rupiah 13.400 per dollar sejalan dengan industri


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Badan Anggaran (Banggar) DPR RI menyepakati empat asumsi dasar ekonomi makro untuk RAPBN Tahun Anggaran 2018, yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4%, inflasi 3,5%, nilai tukar rupiah Rp 13.400 per dollar AS, dan suku bunga SPN tiga bulan 5,2%.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, pergerakan rupiah sendiri di tahun ini hingga September cenderung stabil. Oleh karena itu, penetapan Rp 13.400 per dollar AS akan dipengaruhi oleh faktor global, yakni dari potensi kenaikan Fed Rate dan kenaikan dari harga komoditas global.

“Ini mengindikasikan akan meningkat. Saya lihat, penetapan asumsi kurs 13.400 ini juga untuk dorong ekspor manufaktur sejalan dengan niat untuk memajukan industri,” katanya kepada KONTAN, Kamis (14/9).

Ekonom Indef Bhima Yudhistira melihat, asumsi ini memang lebih optimistis dibanding RAPBN 2018 awal. Untuk kurs rupiah, menurut Bhima, 13.400 cukup menggambarkan kondisi setahun ke depan.

“Di mana ada potensi kenaikan Fed rate, berhentinya stimulus moneter ECB, kemudian perubahan balance sheet Fed serta resiko geopolitik. Tapi di sisi yang lain rupiah di tahun depan berpotensi menguat akibat rally harga komoditas CPO dan batu bara,” ucap dia.

Ia juga memperkirakan cadangan devisa juga masih kuat. Setidaknya, menurut Bhima US$ 135 miliar di 2018 bisa tercapai.

Ia mengatakan, untuk pertahankan kurs, pemerintah perlu menjaga stabilitas politik, “Jangan ada kegaduhan yang membuat investor asing keluar dari Indonesia. Sembari daya saing nya ditingkatkan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×