kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Revisi UU Kepailitan upayakan Cross Border Insolvency


Senin, 02 Juli 2018 / 07:17 WIB
Revisi UU Kepailitan upayakan Cross Border Insolvency
ILUSTRASI. Ilustrasi Simbol Hukum dan Keadilan


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Poin kepailitan antar negara atawa Cross Border Insolvency diupayakan masuk dalam revisi Undang-Undang (UU) 37/2004 tentang kepailitan dan Penundaan Kewajiban pembayaran Utang (PKPU) yang kini tengah dalam proses finalisasi penyusunan naskah akademik.

Dalam UU 37/2004 ketentuan kepailitan antar negara memang belum jadi norma hukum bisnis di Indonesia. Sehingga kurator kerap kesulitan membereskan aset debitur jika berada di luar negeri.

"Bukan tidak bisa dibereskan sebenarnya, tapi putusan pailit di Indonesia tidak diakui di negara lain. Sehingga untuk pemberesan aset debitur di luar negeri, harus ada permohonan lagi di negara tersebut," jelas Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Kurator Indonesia (AKPI) Nien Rafless Siregar sata dihubungi Kontan.co.id, Minggu (1/7).

Rafless menambahkan, kondisi ini tentu akan menyulitkan upaya pemberesan aset. Terlebih kewajiban kurator untuk membereskan boedel pailit.

Ia menyarankan, ketentuan kepailitan antar negara setidaknya dapat diupayakan dalam jangkauan Asia Tenggara.

"Setidaknya di Asia Tenggara saja dulu, di mana perkara di Indonesia bisa diakui di Asia Tenggara, termasuk perkara negara Asia Tenggara lainnya yang punya harta pailit di Indonesia, juga akan lebih efisien dalam pemberesan asetnya," sambungnya.

Sekadar informasi, soal kepailitan antar negara ini sebenarnya bukan hal baru. Di Eropa hal serupa juga sempat jadi perhatian, hingga pada 2011 menerbitkan European Cross Border Insolvency Law.

Dalam naskah akademik revisi beleid kepailitan ini, ihwal kepailitan antar negara juga jadi salah satu poin penting yang hendak dimasukkan dalam undang-undang kepailitan berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×