kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realisasi Penanaman Modal Asing Semester I Tumbuh 17%, Singapura Masih Memimpin


Jumat, 21 Juli 2023 / 13:06 WIB
Realisasi Penanaman Modal Asing Semester I Tumbuh 17%, Singapura Masih Memimpin
ILUSTRASI. Realisasi PMA pada periode ini berkontribusi sebesar 53,5% dari total realisasi investasi semester I-2023.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan, realisasi penanaman modal asing (PMA) pada semester I-2023 mencapai Rp 363,3 triliun. Angka ini tumbuh 17,1% dari periode sama tahun lalu.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, realisasi PMA pada periode ini berkontribusi paling besar yakni sebesar 53,5% dari total realisasi investasi semester pertama yang mencapai Rp 678,7 triliun.

"Global sekalipun kita tahu semua belum dalam posisi yang normal, tapi kepercayaan global ke pemerintah Indonesia itu cukup luar biasa," ujar Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta.

Bahlil memerinci, realisasi investasi PMA paling besar berasal dari Singapura dengan investasi sebesar US$ 7,7 miliar, Tiongkok sebesar US$ 3,8 miliar, Hongkong sebesar US$ 3,5 miliar, Jepang sebesar US$ 2 miliar, dan Amerika Serikat senilai US$ 1,6 miliar.

"Enggak ada lagi kita memberikan pelayanan kepada satu negara tertentu, lihat ini sudah mulai merata," tegas dia.

Baca Juga: Realisasi Investasi Semester I-2023 Capai Rp 678,7 Triliun

Kemudian, realisasi investasi PMA berdasarkan lokasi proyek, paling banyak di Jawa Barat dengan nilai investasi sebesar U$ 4,5 miliar. Disusul Sulawesi Tengah US$ 3,7 miliar, DKI Jakarta US$ 2,6 miliar, Banten US$ 2,2 miliar, dan Jawa Timur US$ 2 miliar.

Lebih lanjut, realisasi investasi PMA berdasarkan sektor usaha, paling banyak berasal dari industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya senilai US$ 5,4 miliar.

Kemudian, transportasi, gudang dan telekomunikasi senilai US$ 3,2 miliar, industri kimia dan farmasi senilai US$ 2,3 miliar, pertambangan senilai US$ 2,2 miliar, serta listrik, gas dan air sebesar US$ 1,4 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×