kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Realisasi pembiayaan anggaran mencapai 67% dari target APBN


Kamis, 21 Maret 2019 / 19:46 WIB
Realisasi pembiayaan anggaran mencapai 67% dari target APBN


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 mencapai Rp 197,56 triliun per akhir Februari lalu.
Realisasi tersebut telah memenuhi 66,74% dari target pembiayaan anggaran yang dipatok sebesar Rp 296 triliun hingga akhir tahun.

Pembiayaan didominasi oleh pembiayaan utang sebesar Rp 198,37 triliun atau setara 55,2% dari target dalam APBN 2019. Periode yang sama tahun lalu, pembiayaan utang hanya sebesar Rp 58,51 triliun atau 14,66% dari target.

Kementerian Keuangan (Kemkeu) menjelaskan, tingginya pembiayaan utang sejalan dengan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah mencapai Rp 197,1 triliun atau memenuhi 50,67% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 388,96 triliun.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemkeu Luky Alfirman menjelaskan, selain karena adanya strategi front loading, masifnya penerbitan SBN di awal tahun guna memenuhi kewajiban pembayaran SBN jatuh tempo alias refinancing pada 2019.

"Ini memang menambah utang karena kita lakukan front loading, sementara PDB tidak secepat itu naiknya. Tapi ini juga untuk membayar SBN kita yang jatuh tempo," kata Luky, Selasa (19/3).

Per Februari, total utang pemerintah pusat menyentuh Rp 4.566,26 triliun. Lantas, rasio utang pemerintah terhadap PDB meningkat menjadi 30,33%.

Terkait SBN jatuh tempo, Luky menggambarkan besaran SBN ritel yang jatuh tempo pada Maret ini mencapai Rp 31,5 triliun. Sementara, hasil penerbitan SBN ritel pada Januari - Maret ini yang terdiri dari SBR005, ST003, dan SR011 diproyeksi belum menutup jumlah yang jatuh tempo tersebut.

"SBR005 sekitar Rp 4 triliun, ST003 sekitar Rp 3 triliun, dan SR011 sejauh ini sekitar Rp 15 miliar. Jadi, net-nya masih negatif," kata Luky.

Luky juga menuturkan, bila melihat persentase terhadap penerbitan SBN bruto, penerbitan SBN di awal tahun ini masih relatif kecil. Tahun ini, target penerbitan SBN bruto sebesar Rp 825,7 triliun.

DJPPR sendiri sejak awal menargetkan penerbitan SBN di semester-I 2019 sebesar 50% - 60% dari target SBN bruto. Artinya, total penerbitan SBN per akhir Februari lalu baru mencapai 24,02%.

Selain itu, penerbitan SBN yang tinggi juga dialamatkan untuk menjaga cadangan devisa yang sempat turun di awal tahun. Ini dilakukan melalui penerbitan green sukuk global dengan total US$ 2 miliar dan mengalami kelebihan permintaan 3,8 kali.

"Strategi tersebut dilakukan mengingat tahun 2019 adalah tahun yang 'unpredictable' di mana ketidakpastian pasar harus diwaspadai pemerintah. front loading dapat mengantisipasi ketidakpastian akan yield yang tinggi di akhir tahun," terang Kemkeu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×