kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembiayaan utang awal tahun kencang, Ekonom: Antisipasi PNBP yang menurun tahun ini


Senin, 25 Februari 2019 / 18:33 WIB
Pembiayaan utang awal tahun kencang, Ekonom: Antisipasi PNBP yang menurun tahun ini


Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menggenjot pembiayaan anggaran tahun ini melalui penerbitan surat utang. Januari 2019, pembiayaan utang mencapai Rp 122,47 triliun atau 34,09% dari target APBN yang didominasi oleh penerbitan surat berharga negara (SBN).

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, ada beberapa faktor yang mendorong pemerintah menerbitkan utang untuk pembiayaan anggaran lebih tinggi.

Pertama, "Realisasi PNBP (penerimaan negara bukan pajak) tahun ini bisa jadi tidak tumbuh setinggi tahun lalu karena beberapa harga komoditas sedang dalam tren menurun," kata Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (24/2).

Belum lagi, masih ada potensi fluktuasi nilai tukar rupiah yang juga akan memengaruhi realisasi PNBP, meski Josua meyakini kondisi kurs tidak akan seliar tahun lalu. Sepanjang Januari, realisasi PNBP sebesar Rp 18,32 triliun. Realisasi tersebut mengalami penurunan 4,08% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,

Kedua, belanja pemerintah juga kemungkinan membesar. Ini terliat dari realisasi belanja negara yang mencapai Rp 152,85 triliun di Januari lalu atau tumbuh 10,3% dbandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan belanja siginifikan terjadi pada belanja kementerian dan lembaga, terutama pada jenis belanja bantuan sosial dan belanja modal.

Ketiga, Josua bilang, tingginya pembiayaan utang pemerintah di awal tahun juga bertujuan mengatasi utang jatuh tempo yang cukup tinggi di tahun ini. Proyeksi Josua, untuk utang luar negeri (ULN) saja ada sekitar Rp 60 miliar yang jatuh tempo tahun ini, dengan dominasi dari utang swasta.

Adapun Josua memandang, pemerintah mesti mendorong penerimaan negara tahun ini terutama dari pajak. "Kalau asumsinya tidak ada peningkatan penerimaan pajak, defisit fiskal di tahun ini akan melebar," kata dia.

Oleh karena itu, pemerintah memanfaatkan kuartal pertama tahun ini untuk meningkatkan pembiayaan utang. Tambah lagi, tingkat permintaan yield untuk Surat Utang Negara (SUN) acuan bertenor 10 tahun oleh investor saat ini cenderung menurun dibandingkan kuartal IV-2018 yang sempat nyaris menyentuh 9%.

"Sampai akhir tahun kemungkinan juga benchmark yield akan lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun lalu. Proyeksinya stabil setidaknya 7,7% sampai 8% sehingga beban bunga utang pemerintah tidak akan sampai mengkhawatirkan," tandas Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×