Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Purbaya menegaskan investigasi ini menjadi penting, terutama di tengah tuduhan masyarakat terhadap Bea Cukai terkait praktik underinvoicing dan masuknya barang ilegal.
Kendati demikian, ia mengaku belum bisa memastikan apakah perbedaan data dengan China berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha atau kelemahan pengawasan.
"Orang kan tuduh katanya Bea Cukai main segala macam. Saya enggak tahu ya," katanya.
Baca Juga: Impor Indonesia Susut 1,32% pada Mei 2025, Disebabkan Penurunan Sektor Nonmigas
Saat ini proses penelusuran data masih dilakukan secara manual. Namun dalam waktu dekat, Kemenkeu akan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat pendeteksian anomali perdagangan lintas negara.
"Ini masih kami kerjakan manual. Enggak lama lagi kami akan kerjakan pakai AI. Jadi akan lebih cepat," tutur Purbaya.
Investigasi lanjutan akan mencakup seluruh jenis komoditas untuk memastikan apakah pola perbedaan data tersebut terjadi secara sistematis atau hanya terjadi pada rute dan produk tertentu.
Selanjutnya: Clipan Finance (CFIN) Alami Serangan Siber, Begini Penjelasan Manajemen
Menarik Dibaca: 9 Daftar Promo Black Friday November 2025, Diskon Jumbo di Lotte Mall sampai Zalora
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













