Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - YOGJAKARTA. Industri tekstil berpotensi menjadi kontributor terhadap ekspor di Indonesia di tengah prediksi penurunan ekspor. Meski, kinerja ekspor non-migas melambat di awal paruh tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data ekspor non-migas mencapai US$ 74.214 juta. Sementara pada semester I 2018, ekspor sebesar US$ 79.409,4 juta. Artinya semester I tahun ini turun 6,54%.
Baca Juga: Meningkatnya pembangunan di paruh kedua 2019 berpotensi kerek impor
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman, mengatakan, dari sisi tekstil tidak merasakan penurunan ekspor. Bahkan, dia percaya sampai dengan akhir tahun ini industri tekstil di Indonesia bisa membaik dan meningkatkan ekspor.
“Yang ekspornya turun mungkin industri lain, kalau tekstil terus tumbuh,” kata Ade kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Baca Juga: Industri kaca lembaran diproyeksikan tumbuh 5% hingga akhir tahun 2019
Kata Ade, meski pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) sedang melemah, tapi permintaan tekstil terpantau positif. Apalagi nilai tukar rupiah sedang menguat dan menstimulus eakpor tekstil.
Dari sisi impor, induatri tekstil diprediksi bakal naik. Ade bilang karena konsumsi dalam negeri meningkat apalagi menjelang Natal dan tahun baru. Masalahnya, ketersediaan bahan baku maupun barang jadi belum mumpuni.
Baca Juga: Industri kosmetik berpeluang untuk terus berkembang di semester II tahun ini
“Konsumsi tekstil dalam negeri baik, pemerintah perlu memperkuat industri tekstil dalam negeri biar tidak banyak impor,” kata Ade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News