kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meningkatnya pembangunan di paruh kedua 2019 berpotensi kerek impor


Senin, 15 Juli 2019 / 18:36 WIB
Meningkatnya pembangunan di paruh kedua 2019 berpotensi kerek impor


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - YOGJAKARTA. Para ekonom berpendapat bahwa impor Indonesia sepanjang enam bulan ke depan masih akan membengkak. Hal itu dipicu masih tingginya sektor pembangunan dalam negeri yang membutuhkan bahan baku yang besar. 

Ekonom Maybank Luthfi Ridho mengatakan, impor akan kembali membengkak di sektor non-migas. Terutama barang yang terkait dengan material mesin, elektronik, dan peralatan konstruksi. Wajar saja, sebab salah satu fokus pemerintah ke depan adalah infrastruktur.

Baca Juga: Neraca dagang Juni surplus, Menkeu terus dorong ekspor lewat kebijakan perpajakan

Oleh karena itu, guna menunjang pembangunan pemerintah bakal impor peralatan konstruksi misalnya traktor. Di sisi lain, impor migas masih dibayang-bayangi harga minyak global.

Luthfi menuturkan, harga minyak global di awal semester II masih belum terlalu naik. Apalagi suplai minyak global semakin bertambah. Amerika Serikat (AS) terus melaporkan cadangan minyak yang tumbuh. Sementara dari sisi permintaan cenderung turun seiring dengan pertumbuhan ekonom global yang melempem.

Baca Juga: Impor mengecil, Menko Darmin optimistis surplus neraca dagang akan berlanjut

Ia memprediksi harga minyak kemungkinan masih aman. Baru akan membebani impor ketika harga minyak jenis brent mencapai US$ 70 per barel. “Sebetulnya pelemahan ekonomuiyang terjadi merupakan ujian bagi emerging market,” kata Luthfi kepada Kontan.co.id, Selasa (15/7).

Sementara, Ekonom Bank UOB Enrico Tanuwidjaja mengatakan, pada kuartal III impor kemungkinan turun karena dampak kebijakan pemerintah untung mengurangi impor barang modal.

Baca Juga: Neraca perdagangan Juni 2019 surplus tipis US$ 200 Juta

Selanjutnya pada kuartal IV impor naik lagi karena nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kemungkinan cenderung menguat, sehingga impor semakin menggairahkan. Luthfi mengimbau sampai dengan akhir semester II impor membengkak lantaran efek pembangunan dalam negeri.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Impor dalam neraca perdagangan Indonesia sepanjang semester I 2019 sebesar US$ 82.258,2 juta. Angka ini turun 7,62% dibanding periode sama tahun lalu di level US$ 89.051,6 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×