CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.396.000   10.000   0,72%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Potensi Perbedaan Waktu Idul Fitri 2023, Wapres Minta Disikapi dengan Toleransi


Jumat, 14 April 2023 / 19:39 WIB
Potensi Perbedaan Waktu Idul Fitri 2023, Wapres Minta Disikapi dengan Toleransi
ILUSTRASI. Wakil Presiden Ma'ruf Amin


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1444 H bertepatan dengan 21 April 2023.

Di lain pihak, pemerintah termasuk Nahdlatul Ulama masih menunggu hasil sidang Isbat yang biasanya dilaksanakan pada 29 Ramadan, sehingga perbedaan waktu penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H sangat berpotensi terjadi di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin membenarkan potensi perbedaan itu. Meskipun demikian, Wapres meminta umat muslim di Indonesia untuk menyikapi perbedaan tersebut dengan toleransi sesuai keyakinannya masing-masing.

“Maka, yang ditempuh adalah adanya sikap bisa toleransi antara dua kelompok ini untuk masing-masing. Ya Lebaran sesuai dengan keyakinannya, dengan hitungannya. Jadi, bahasa Jawanya legowo,” ujar Ma'ruf di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Jumat (14/4).

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Wapres Tegaskan Larangan Kampanye di Tempat Ibadah

Lebih jauh, Wapres mengemukakan penyebab perbedaan itu terletak pada metode penetapannya. Pemerintah, lanjut Wapres, menggunakan metode imkanur rukyah yang menggabungkan hisab dan rukyah.

“Kalau hisabnya di bawah dua, itu tidak imkan. Ini kesepakatan, termasuk ASEAN segitu, walaupun dia sudah di atas ufuk, tapi di bawah dua derajat. Itu metode imkanur rukyah,” ucapnya.

Sementara itu, sambung Wapres, Muhammadiyah menggunakan metode wujudul hilal.

“Asal wujud, asal ada saja. Walaupun setengah derajat, masuk. Nah, ini beda,” sebut Ma'ruf.

Wapres pun mengatakan, kondisi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal adalah hal biasa di Indonesia. Dalam penuturannya, memang sempat muncul konflik-konflik di tengah umat Islam pada awal mulanya, tetapi kemudian semua diupayakan untuk mengedepankan prinsip toleransi.

“Kita terus sosialisasi, edukasi. Sekarang rukun-rukun saja, sambil terus mencari metode untuk bisa mempertemukan dua metode ini, imkanur rukyah dan wujudul hilal,” imbuh Ma'ruf.

Baca Juga: Wapres Maruf Amin Minta Ekosistem Zakat Nasional Diperkuat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×