Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
Ristika Putri Istanti, Kepala Sekretariat LTKL menyatakan, memasuki fase tumbuh di tahun 2024 pihaknya akan bergerak lebih gigih untuk menjadi penopang yang kokoh secara kelembagaan, kemitraan, dan kapasitas.
“Salah satu fokus utama dari tahap ini adalah membangun kapasitas setiap kabupaten dan memastikan para inisiator terutama generasi muda, perempuan, masyarakat adat dan komunitas lokal secara aktif berkontribusi untuk mewujudkan transformasi kabupaten lestari,” ujarnya.
Saat ini terdapat 21 komoditas berbasis inovasi alam di dalam ekosistem kabupaten mitra LTKL. Dari sisi pengembangan bisnis, sebanyak 67 entitas bisnis di Kabupaten LTKL telah memulai praktek bisnis lestari yang ramah lingkungan dan ramah sosial melalui sejumlah program inkubasi.
Sementara itu, Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) yang merupakan bagian dari ekosistem LTKL berfungsi sebagai katalisator untuk menjembatani kemitraan strategis antar pemangku kepentingan di sektor ekonomi hijau, termasuk pelaku bisnis, investor, pemerintah, dan mitra pembangunan.
Baca Juga: Ekonomi Global Goyang, Indonesia Bergeming
KEM mempunyai ambisi untuk membuka potensi investasi sebesar US$ 200 juta untuk lebih dari 100 UMKM lestari, yang terhubung dengan 100 yurisdiksi di Indonesia pada akhir tahun 2026.
KEM juga telah memfasilitasi 71 pemerintah kabupaten di Indonesia yang berkomitmen untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari dokumen perencanaan daerah mereka, yang merupakan hasil dari kemitraan strategis antara KEM dengan APKASI.
Sejak berdiri pada tahun 2022, KEM telah menghubungkan lebih dari 300 pelaku usaha lestari dengan penyandang dana dan pemodal potensial, pemerintah, dan mitra pembangunan lainnya.
Melalui acara-acara seperti Indonesia Business and Investment Forum on Nature-Based Innovation (IBIFNI), KEM dan ekosistemnya telah mampu membuka US$ 22,7 juta untuk pembiayaan inovasi berbasis alam.
Direktur Utama SMESCO Indonesia dan Anggota Dewan Penasihat KEM Leonard Theosabatra menyatakan, potensi inovasi bioekonomi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah, dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan memberikan nilai tambah positif bagi komunitas lokal.
Baca Juga: Indonesia Membidik Ekspor ke 12 Negara
“Saya percaya bahwa potensi pengolahan keanekaragaman hayati di wilayah Sulawesi Tengah masih sangat banyak yang belum terekspos. Misalnya, terdapat peluang produk makanan dan minuman (F & B) dan kecantikan yang saya yakini dapat berkontribusi pada perekonomian nasional,” sebut Leo.
Pada pertengahan tahun lalu, SMESCO Indonesia telah menandatangani MoU dengan sejumlah mitra pengolahan strategis seperti BUMN Farmasi yakni Indofarma.
Mitra-mitra ini dapat membantu pelaku usaha di Kabupaten Sigi untuk berfokus pada aspek hilirisasi untuk produk olahannya yang kemudian didorong pada pasar domestik dan internasional.
Hal ini sejalan dengan target KemenKopUKM di tahun 2024 untuk penciptaan wirausaha sebanyak 1 juta orang melalui fokus hilirisasi yang memberi nilai tambah bagi produk aquaculture, pertanian, dan kehutanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News