kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Potensi Nilai Investasi Bioekonomi di Indonesia Bisa Mencapai US$ 45,4 Miliar


Minggu, 11 Februari 2024 / 16:13 WIB
Potensi Nilai Investasi Bioekonomi di Indonesia Bisa Mencapai US$ 45,4 Miliar
ILUSTRASI. Bioekonomi


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hilirisasi dan pengembangan produk berbasis alam atau bioekonomi memiliki potensi pasar yang besar dalam beberapa tahun ke depan.

Pasalnya, inovasi berbasis alam ini berkontribusi hingga 37% pada pengurangan emisi yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global menjadi 1,5 derajat Celcius.

Dalam konteks global, mengutip Laporan World Resources Institute (WRI) 2019 memperkirakan, penyaluran investasi inovasi berbasis alam dan bioekonomi sebesar US$ 1,8 triliun mulai tahun 2020 hingga 2030. Ini berpotensi menghasilkan manfaat bersih sebesar US$ 7,1 triliun. 

Baca Juga: Indonesia Siap Dukung Pengelolaan Hutan Hingga Hilirisasi Industri di Kongo

Keuntungan dari pelaksanaan bioekonomi selain dapat menjaga lingkungan juga berpotensi mendapatkan keuntungan finansial. 

Laporan The Bioeconomy of 2030 keluaran OECD menambahkan, nilai pasar bioekonomi global akan mencapai kisaran US$ 2,6 – US$ 5,8 triliun dalam rentang tahun 2025-2030.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan mendukung rangkaian pengembangan portofolio investasi berkelanjutan untuk daerah-daerah yang mempromosikan komoditas berbasis bioekonomi.

Agenda investasi di sektor tersebut diperkirakan akan menyerap sekitar US$ 45,4 miliar. 

“Saat ini, sejumlah portofolio investasi lestari prioritas sedang diakselerasi. Salah satunya, adalah Proyek Prioritas Industri Hijau Pengelolaan Kelapa Terintegrasi di Kabupaten Gorontalo yang sudah dalam status ready to offer dengan nilai investasi sebesar Rp 643 miliar,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (11/2). 

Baca Juga: Indonesia Pelopori Penggembangan BioEkonomi dan BioProspecting berbasis Alam Lestari

Pemerintah saat ini sudah mendetailkan rencana pengembangan berbasis bioekonomi, yang mencakup industri baru yang bersumber pada inovasi berbasis alam untuk produk-produk biosimilar dan vaksin, protein nabati, pangan biokimia, herbal dan nutrisi

Selain itu, Indonesia juga tengah mendorong Penguatan Kerangka Regulasi atas Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik berorientasi Bioprospeksi dan Bioekonomi. 

Penguatan hilirisasi dan pengembangan produk berbasis alam harus memperhatikan sejumlah hal. Tentu perlu melibatkan pelaku usaha, kemudian penguatan riset dan inovasi nasional. 

Lalu penguatan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumber daya genetik dan penegakan hukum terhadap upaya biopiracy, dan sinergi lintas sektor dari para pemangku kepentingan. 

Dari sisi investasi, Kementerian Investasi/BKPM telah meluncurkan Panduan Investasi Lestari pada G20 lalu sebagai titik awal negara mendorong tumbuhnya bisnis lestari termasuk untuk UMKM, usaha besar, investasi dan pemerintah.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjebak di Level 5%, Begini Kata Bappenas

Tahun ini, Indonesia memiliki momentum besar yaitu pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah yang dilakukan serentak. Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) terus mengawal berbagai persiapan mendukung visi ekonomi lestari melalui hilirisasi komoditas. 

Ristika Putri Istanti, Kepala Sekretariat LTKL menyatakan, memasuki fase tumbuh di tahun 2024 pihaknya akan bergerak lebih gigih untuk menjadi penopang yang kokoh secara kelembagaan, kemitraan, dan kapasitas. 

“Salah satu fokus utama dari tahap ini adalah membangun kapasitas setiap kabupaten dan memastikan para inisiator terutama generasi muda, perempuan, masyarakat adat dan komunitas lokal secara aktif berkontribusi untuk mewujudkan transformasi kabupaten lestari,” ujarnya. 

Saat ini terdapat 21 komoditas berbasis inovasi alam di dalam ekosistem kabupaten mitra LTKL. Dari sisi pengembangan bisnis, sebanyak 67 entitas bisnis di Kabupaten LTKL telah memulai praktek bisnis lestari yang ramah lingkungan dan ramah sosial melalui sejumlah program inkubasi. 

Sementara itu, Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) yang merupakan bagian dari ekosistem LTKL berfungsi sebagai katalisator untuk menjembatani kemitraan strategis antar pemangku kepentingan di sektor ekonomi hijau, termasuk pelaku bisnis, investor, pemerintah, dan mitra pembangunan. 

Baca Juga: Ekonomi Global Goyang, Indonesia Bergeming

KEM mempunyai ambisi untuk membuka potensi investasi sebesar US$ 200 juta untuk lebih dari 100 UMKM lestari, yang terhubung dengan 100 yurisdiksi di Indonesia pada akhir tahun 2026. 

KEM juga telah memfasilitasi 71 pemerintah kabupaten di Indonesia yang berkomitmen untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari dokumen perencanaan daerah mereka, yang merupakan hasil dari kemitraan strategis antara KEM dengan APKASI. 

Sejak berdiri pada tahun 2022, KEM telah menghubungkan lebih dari 300 pelaku usaha lestari dengan penyandang dana dan pemodal potensial, pemerintah, dan mitra pembangunan lainnya. 

Melalui acara-acara seperti Indonesia Business and Investment Forum on Nature-Based Innovation (IBIFNI), KEM dan ekosistemnya telah mampu membuka US$ 22,7 juta untuk pembiayaan inovasi berbasis alam.

Direktur Utama SMESCO Indonesia dan Anggota Dewan Penasihat KEM Leonard Theosabatra menyatakan, potensi inovasi bioekonomi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah, dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan memberikan nilai tambah positif bagi komunitas lokal.

Baca Juga: Indonesia Membidik Ekspor ke 12 Negara

“Saya percaya bahwa potensi pengolahan keanekaragaman hayati di wilayah Sulawesi Tengah masih sangat banyak yang belum terekspos. Misalnya, terdapat peluang produk makanan dan minuman (F & B) dan kecantikan yang saya yakini dapat berkontribusi pada perekonomian nasional,” sebut Leo.

Pada pertengahan tahun lalu, SMESCO Indonesia telah menandatangani MoU dengan sejumlah mitra pengolahan strategis seperti BUMN Farmasi yakni Indofarma. 

Mitra-mitra ini dapat membantu pelaku usaha di Kabupaten Sigi untuk berfokus pada aspek hilirisasi untuk produk olahannya yang kemudian didorong pada pasar domestik dan internasional. 

Hal ini sejalan dengan target KemenKopUKM di tahun 2024 untuk penciptaan wirausaha sebanyak 1 juta orang melalui fokus hilirisasi yang memberi nilai tambah bagi produk aquaculture, pertanian, dan kehutanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×