kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Pola konsumsi masyarakat berubah pasca BBM naik


Rabu, 26 Juni 2013 / 16:07 WIB
Pola konsumsi masyarakat berubah pasca BBM naik
ILUSTRASI. Ketahui Penyebab Rambut Kering dan Mengembang di Sini


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pola konsumsi masyarakat Indonesia diperkirakan mengalami perubahan setelah pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Kadence Internasional, sebuah perusahaan riset asal Amerika Serikat, pola konsumsi akan berubah karena membengkaknya biaya pengeluaran BBM yang bisa berimbas pada pengeluaran untuk kebutuhan lain.

Menurut Managing Director Kadence Indonesia, Viviek Thomas, salah satu pola konsumsi yang akan terpengaruh adalah kebiasaan masyarakat dalam mengalokasikan pendapatannya untuk menabung.

"Sebanyak 41% konsumen mengatakan akan mengurangi jumlah tabungan rutin mereka dari angka yang biasanya dialokasikan sebelum kenaikan BBM," ujar Viviek, rabu (26/6) di Jakarta.

Berdasarkan hasil survey diketahui, rata-rata total jumlah alokasi untuk menabung yang dilakukan masyarakat sebelum kenaikan harga BBM bersubsidi mencapai Rp 977.000 per bulan. Sementara dengan kenaikan harga BBM, maka rata-rata alokasi untuk menabung turun sebesar 16% menjadi Rp 823.000.

Viviek juga bilang, jika dilihat dari gender, konsumen yang menyatakan akan menurunkan tabungan sebagian besar adalah kaum perempuan.

Sementara, jika dilihat dari kelas sosial ekonomi, mereka yang akan mengurangi jumlah tabungan paling banyak berasal dari kelas golongan menengah ke bawah.

Bila dilihat berdasarkan kota yang menjadi tempat survey, penurunan persentase jumlah tabungan paling besar terjadi di Balikpapan (19%), disusul oleh Jabodetabek (18%), Medan (12%), Makassar (11%), dan Surabaya  (10%).

Turunnya jumlah alokasi anggaran untuk menabung ini akan berdampak tingginya konsumsi masyarakat untuk BBM bersubsidi dan turunnya transportasi dan energi.

Dengan begitu, secara makro, kondisi itu akan menambah tinggi inflasi. Sebab, jumlah uang yang harus terserap di sektor perbankan bisa lebih besar beredar di masyarakat.

Hanya saja, imbuh Viviek, kondisi ini hanya akan terjadi dalam jangka waktu pendek dan sifatnya sementara untuk merespon kenaikan harga BBM bersubsidi saja.

Selain berdampak terhadap kebiasaan masyarakat dalam menabung, penurunan konsumsi juga akan terjadi untuk kebutuhan masyarakat lainnya. Antara lain, konsumsi rokok, pakaian dan asesoris serta kebiasaan makan di luar rumah. Di sisi lain, dari survey tersebut juga diketahui jumlah konsumsi untuk obat-obatan, telekomunikasi dan makanan tidak akan terpengaruh olehj kenaikan harga BBM bersubsidi.

Ekonom bank Mandiri Destry damayanti, menilai, berubahnya pola konsumsi masyarakat tersebut merupakan hal wajar. Sebab, masyarakat harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang akan meningkat pasca BBM bersubsidi naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×