Reporter: Fahriyadi | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi bakal membuat pengusaha mengerek harga produk, komoditas dan jasa mereka. Persentase kenaikan bervariasi tergantung pada perusahaan dan jenis industri.
"Kami akan melakukan sebisa kami agar semua unsur yang mempengaruhi harga bisa dikendalikan," ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi, Senin (24/6). Sofjan berharap negosiasi antara Organisasi Angkutan Darat (Organda) dengan pemerintah bisa segera membuahkan hasil dan memberi kepastian.
Sofjan bilang, biaya angkutan laut trailer di Tanjung Priok telah naik 30% mulai Senin ini. Menurutnya, lonjakan biaya logistik berbarengan dengan upaya pengusaha yang sedang gencar-gencarnya mengirimkan barang-barang untuk menghadapi puasa dan lebaran guna menjaga suplai sesuai demand.
"Ini peak season distribusi bagi pengusaha. Kalau bisa keputusan soal angkutan ini bisa dipastikan dalam dua atau tiga hari ini," ungkapnya.
Ia mengatakan rata-rata kenaikan harga barang secara umum sekitar 5%-10%. "Momentum kenaikan BBM memang salah dan bikin pengusaha pusing," kata Sofjan.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani menyatakan bahwa pihaknya akan merespon kenaikan BBM ini segera mungkin.
Menurutnya dampak kenaikan harga BBM untuk industri makanan dan minuman hanya 0,5%-2% yang dipengaruhi faktor distribusi. "Fokus kami saat ini adalah memenuhi kebutuhan puasa dan lebaran yang naik 20% dari biasanya, terutama didorong produk sirup dan biskuit yang melonjak 100%," ujarnya.
Ketua Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (GPPI) Anton J Supit mengatakan bahwa kenaikan harga BBM memang tak langsung berdampak pada industri peternakan, namun berpengaruh pada biaya distribusinya. "Meski akan naik, tapi perusahaan unggas akan all out untuk menjaga suplai ke konsumen," kata Anton.
Ketua Umum Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPAKI), Putri K. Wardani menyatakan kenaikan harga BBM ini masih bisa diatasi oleh pengusaha kosmetik dan jamu. Namun, ia memberi catatan bahwa pemerintah harus membantu dari sisi kelancaran distribusi lewat pembangunan infrastruktur. "Distribusi juga akan mempengaruhi kenaikan harga kosmetika dan jamu 1%-3%," ujarnya.
Ketua Harian Asosiasi Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta mengatakan dampak kenaikan harga BBM kepada ritel hanya 1%. Ia berharap bahwa kenaikan harga BBM ini dibarengi dengan perbaikan infrastruktur guna menekan komponen biaya yang lebih besar.
Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian G. Ismy menyatakan bahwa kenaikan BBM turut mendongkrak kenaikan harga produk tekstil sekitar 1%-3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News