kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Pilih strategi menyerang, BI menghela tekanan rupiah


Kamis, 16 Agustus 2018 / 09:22 WIB
Pilih strategi menyerang, BI menghela tekanan rupiah
ILUSTRASI.


Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Rabu-Kamis (14-15 Agustus 2018) memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis points (bps) di level 5,5%.

Bersamaan dengan itu BI juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 4,75%, dan menaikkan lending facility 25 bps menjadi 6,25%. BI beralasan, kenaikan suku bunga acuan dilakukan untuk upaya stabilisasi sistem keuangan yang kini semakin banyak mendapat tekanan dari dalam maupun luar negeri.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengakui, berbagai tekanan tersebut menjadi pembahasan yang alot dalam RDG. Tekanan internal adalah pelemahan rupiah yang menembus Rp 14.625 per dollar Amerika Serikat (AS), sesuai data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Selasa (14/8).

Hal itu diperparah dengan nilai defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal II 2018 yang mencapai sebesar US$ 80,3 miliar atau 3,04% terhadap produk domestik bruto (PDB). Padahal, angka 3% dianggap sebagai batas maksimal yang aman bagi perekonomian dan sistem keuangan.

CAD berpotensi membengkak, karena defisit neraca dagang bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca dagang Juli 2018 kembali defisit US$ 2,03 miliar akibat lonjakan impor barang konsumsi dan barang modal.

Faktor eksternal antara lain krisis Turki yang bisa berimbas ke negara emerging market, seperti Indonesia. Perang dagang berpotensi meluas karena Turki dan AS bersitegang. Ditambah lagi, suku bunga Federal Reserve (Fed Rate) berpotensi naik September 2018.  "Apa yang terjadi di global dan dalam negeri betul-betul kami cermati," kata Perry, Rabu (15/8).

Untuk itu BI perlu mengambil kebijakan yang menyerang dan mempertahankan stance yang cenderung ketat alias hawkish demi stabilitas perekonomian nasional.

Kenaikan suku bunga acuan diharapkan mendorong yield surat berharga negara (SBN). Investor asing bakal semakin menggemari SBN sehingga inflow semakin tinggi untuk biayai CAD.

Kurang pede

Piter Abdulah, Direktur Riset Core Indonesia menganalisa, kenaikan BI7DRRR menunjukkan penurunan kepercayaan diri BI. Pasalnya, bulan depan kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuannya lagi. "Bila setiap tekanan terhadap rupiah dijawab dengan kenaikan BI7DRRR maka suku bunga akan terlalu tinggi dan tidak baik bagi perekonomian," ujar Piter.

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai kenaikan BI7DRRR sebagai langkah tepat untuk stabilitas rupiah. "Kestabilan rupiah penting agar stabilitas perekonomian terjaga," jelas Myrdal.

Ia memprediksi BI masih akan menaikkan BI7DRRR satu kali lagi pada sisa tahun ini. Itu untuk mengimbangi kenaikan bunga The Fed.

Lelang forex pangkas swap rate

Bank Indonesia (BI) kembali meraup dana sebesar US$ 335 juta dari hasil lelang forex (FX) swap, Rabu (15/8). Lelang itu merupakan lelang ketiga yang dilakukan BI sepanjang pekan ini.

Berdasarkan data yang diperoleh KONTAN, BI memenangkan US$ 230 juta untuk tenor satu bulan, US$ 45 juta untuk tenor tiga bulan, serta masing-masing US$ 30 juta untuk tenor enam bulan dan 12 bulan dalam lelang FX swap. Adapun total penawaran yang masuk, mencapai US$ 450 juta.

Lelang itu juga berhasil menurunkan swap rate. BI mencatat, swap rate untuk tenor satu bulan sebesar 4,71%, tenor tiga bulan sebesar 4,73%, tenor enam bulan sebesar 4,82%, dan tenor 12 bulan sebesar 4,9%.

Pada lelang FX swap Selasa (14/8), swap rate untuk tenor satu bulan masih di level 4,88%, tenor tiga bulan sebesar 4,84%, dan tenor 12 bulan sebesar 5,09%. Di lelang itu, BI memenangkan US$ 540 juta.

Tiga lelang FX swap pada pekan ini memang dilakukan BI agar swap rate turun. Harapannya, biaya hedging juga turun.  "Swap rate di perbankan masih dipandang mahal oleh dunia usaha," kata Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI.

Pada Januari 2017, swap rate sempat ada di level 3%. Namun kemudian meningkat sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Padahal, swap rate yang normal, kata Nanang, berkisar antara 3,5%-4,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×