kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perusahaan kosmetik masih temui sederet tantangan investasi hijau di Indonesia


Minggu, 01 Maret 2020 / 10:37 WIB
Perusahaan kosmetik masih temui sederet tantangan investasi hijau di Indonesia
ILUSTRASI. Lush Cosmetics' Director for Sourcing Hub Indonesia Panut Hadisiswoyo


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsep investasi hijau (green investment) atau investasi ramah lingkungan telah dicanangkan oleh pemerintah pada Kamis (27/2) lalu di Sorong, Papua Barat. Konsep investasi ramah lingkungan ini menuai sambutan hangat dari berbagai pihak serta didukung oleh banyak fasilitator.

Investasi hijau yang akan digalakkan khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat ini akan mengembangkan empat komoditas unggulan, yaitu kakao, kopi, pala, serta rumput laut. Berbagai calon investor dari perusahaan ternama berdondong-dondong datang untuk mengukur sejauh mana investasi ini dapat menjanjikan di masa yang akan datang, tak terkecuali Lush Cosmetics.

Baca Juga: Wow, Starbucks dikabarkan setuju beli bahan baku dari Papua Barat?

Lush Cosmetics' Director for Sourcing Hub Indonesia Panut Hadisiswoyo membeberkan, selama ini pihaknya memang telah banyak mengimpor bahan baku untuk produk kecantikan dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa bahan baku dari Indonesia yang digunakan oleh Lush adalah virgin coconut oil (VCO), minyak bunga tengkawang yang diproses menjadi illipe butter, serta tumbuhan nilam.

Di luar itu, Lush Cosmetics ingin mencicipi investasi hijau pada komoditas kakao serta kopi. Namun, Lush masih ingin mempelajari lebih lanjut berbagai tantangan dari investasi ini, yang mungkin akan mereka hadapi di masa mendatang.

"Ada banyak produk lainnya yang sebenarnya Lush pakai tapi belum berasal dari Indonesia, seperti kakao, kopi, kenanga, kemudian ada cendana. Artinya banyak komoditas yang sebenarnya berpotensi, tetapi memang Indonesia masih punya kendala dengan kemampuan produktivitas dari kelompok petani," ujar Panut di Sorong, Kamis (27/2).

Panut melanjutkan, untuk melakukan impor komoditas pada sebuah wilayah, Lush memiliki peraturan yang mesti dipatuhi oleh negara asal, yaitu mengedepankan kesejahteraan petani.

Untuk berinvestasi, Lush lebih memilih untuk membidik kebun rakyat ketimbang perusahaan-perusahaan besar ataupun agen. Hal ini karena Lush ingin memberdayakan petani dengan membeli produknya secara langsung, dengan begitu diharapkan investasi ini dapat memberikan manfaat yang optimal pada masyarakat setempat.

Sebagai perusahaan kosmetik yang menggunakan bahan-bahan alami serta resep 'vegetarian' pada setiap produknya, tentu hal ini sangat penting untuk diperhatikan dan dipertahankan dengan baik.

"Lush ingin memberdayakan rakyat dengan membidik komunitas yang memang mengembangkan komoditas itu, makanya kami termasuk buying team Lush di United Kingdom (UK) itu mencari peluang-peluang dari kebun rakyat yang memang diharapkan dapat memberi manfaat optimal ke masyarakat setempat," lanjutnya.

Kedatangan Panut pada acara High Level Meeting on Green Investment for Papua and West Papua di Sorong, adalah untuk memastikan keadaan rantai pasokan (supply chain) dari komoditas kokoa di wilayah Papua dan Papua Barat. Hal ini penting untuk menakar sejauh mana ia dapat memutuskan apakah Lush memang cocok mengimpor komoditas kakao dari Papua dan Papua Barat.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×