Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Jangan berharap pada tahun 2014 ini perekonomian Indonesia akan kembali tumbuh tinggi seperti tahun 2012 yang berhasil mencapai 6,2%. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan perekonomian yang membaik di Indonesia baru akan terasa Indonesia pada tahun 2015.
Gubernur BI Agus Martowardojo sangat optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih dari 6% pada 2015. Itu pun dengan catatan, apabila reformasi struktural dapat terlaksana secara kontinyu dan konsisten.
Keberlanjutan itu antara lain dalam melaksanakan kebijakan jangka menengah terutama terkait pembangunan infrastruktur, serta perbaikan neraca energi dan pangan. Pelaksanakan kebijakan tiga sektor tersebut bakal menjadikan Indonesia mempunyai daya saing yang lebih dan menciptakan kemandirian perekonomian nasional.
Apalagi, mantan menteri keuangan ini menganalisa, pemulihan ekonomi global mulai terjadi. Itu terutama di negara adikuasa Amerika Serikat (AS), yang merupakan salah satu negara utama tujuan ekspor Indonesia. Ekspor Indonesia yang sebagian besar berupa komoditas pertambangan dan perkebunan bisa kembali bergairah.
Membaiknya ekspor akan menekan defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) sehingga mengurangi tekanan pada nilai tukar rupiah. Tahun ini, BI menghitung CAD bisa berada di bawah 3% dari pertumbuhan domestik bruto (PDB). Untuk tahun 2015, CAD akan turun hingga mendekati level 2% dari PDB. CAD tahun 2013 sebesar 3,5%.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, penentuan ekonomi yang membaik tahun 2015 berada pada tahun ini. Hal itu tergantung pada terobosan kebijakan pemerintah untuk memperbaiki perekonomian. Namun, David pesimis bakal ada terebosan kebijakan tahun ini. "Ini tahun politik, konsentrasi pemerintah akan terpecah untuk pemilihan umum (pemilu)," tandas David.
Meskipun begitu, David menyatakan, tahun 2015 ada potensi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%-7,5%. Syaratnya, pemilu menghasilkan pemerintahan yang benar-benar bekerja untuk rakyat.
Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko berpendapat, yang paling penting dilakukan untuk membuat ekonomi Indonesia lebih baik adalah membangun basis industri penyedia bahan baku. Selama ini sebagian besar bahan baku harus impor, sehingga membebani neraca perdagangan dan CAD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News